Naskah film halloween party tahun 2019
Judul : Kalopsia
Penulis : Semesta_
Genre : Psychology Horror
Rating : General
Sinopsis
Lian, gadis yang dunianya tiba-tiba berubah semenjak mengikuti sebuah event dikampusnya. Kematian panitia, pingsannya dia saat lomba, dan bayangan yang kerap menyapanya seolah saling berhubungan.
Haruskah Lian mengiyakan teori Ares, atau semua hanyalah kebetulan saja?
SKRIP 1
HALLOWEEN
Tempat : Lapangan, Lantai 5, Ruang kelas
( Acara Halloween berjalan seperti rencana, hingga acara puncak permainan pencarian bendera dimulai )
(Bagus mengantarkan Lian masuk ke dalam lift hingga ke arena permainan (lantai 5) dengan pakaian jas pelayan era 90-an)
Bagas : Mari ku jelaskan sekali lagi (membawa lian keluar dari lift dan membiarkan lift tertutup . Tidak ada yang namanya acara menakut nakuti di area ruang kosong ini. Yang harus kau lakukan hanyalah mencari bendera yang sudah kami sebar di sekitar sini.
(Lian menganggukkan kepala)
Bagas : Bendera terakhir ada di kelas paling pojok, setelah mengambil bendera jangan lupa untuk menekan tombol mrah pada ponsel di depan bendera, karena panitia berada di lantai 3 akan menjemputmu dan kalian akan turun lewat portal itu. (menunjuk tangga). Selamat bersenang-senang nona.
(Bagas meninggalkan lantai 5 menggunakan lift)
Lian : okay, mari segera kita tuntaskan permainan konyol ini.
(Lian menghela nafas dan menelusuri setiap ruangan untuk menemukan bendera, Lian mengecek
dibawah lipatan kursi uang dan menemukan bendera)
Lian : Aha! Dapat kau! Tunggu saja, aku pasti mendapatkan empat yang lainnya, sesegera mungkin.
(Lian masih mencari bendera lain di sekitar lipatan kursi. Dengan keberanian diatas rata-rata,
Lian memasuki ruangan paling pojok melewati lorong, namun langkahnya terhenti ketika
hembusan angin menerpa wajahnya)
Lian : Tahan, tahan!! Itu hanya angin, tidak lebih. Jangan takut, jangan terkecoh. Lagipula pria tadi sudah jelas mengatakan tidak akan ada acara menakut-nakuti.
[ sfx : langkah kaki]
(Lian membuka pintu kelas sehingga mengelurakan suara decitan. Lian juga menemukan
bendera terakhir dan sebuah ponsel di seberang pintu. Lian mendekati meja dengan penuh
umpatan, tangannya menggenggam erat bendera sudah ia kumpulkan, dan di ujung sana tepat
menghadap keluar jendela, ia menemukan hantu. Hantu tersebut menolehkan pandangannya pada
Lian namun ia hiraukan, ia tetap berjalan mendekati meja hingga akhirnya sosok itu
mendekatinya, lalu gelap)
Tempat : Kamar Lian
( Lian terbangun akibat dering ponsel)
Lian : Sebentar, apa aku sedang mengalami mimpi buruk?
( Lian mengecek ponselnya dan segera bergegas ke kamar mandi)
Tempat : Ruang kelas
(Lian menatap kosong bekal roti bakar buatan ibu kosnya. Mengingat kejadian semalam dengan atensi terkunci pada roti bakar)
Lian :Siapa dia yang berhasil menciptakan senyum mengerikan dan tidak bisa ku lupakan samapai saat ini?ataukah, dia bukan panitia?hantukah? tapi itu tidak mungkin. Aku percaya hantu, tapi tidak mungkin ada hantu hungaria yang tiba-tiba bias berada di Indonesia Raya tercinta ini.
Lian : Sangat tidak masuk akal (sambil menopang dagu)
(teman sebangku Lian menoleh dan menatapnya bingung, Lian membalasnya dengan senyum)
[ sfx: pintu dibuka]
(Semua atensi kelas menatap pak darsono. Kelas menjadi tenang.
Pembelajaran seperti biasa)
[ sfx : Suara notifikasi pesan]
( Lian mengecek pesan yang dikirim oleh pak penjaga)
Lian : AAAHHHH!!!! (berteriak) ada apa ini sebenarnya?
SKRIP 2
THE BLOOD
Tempat : Ruang kelas
Lian : AAAHHHH!!!! (berteriak, melempar ponsel kaget)
{Flashback}
Ruang tempat berburu bendera, lantai 5
(berdiri dengan tatapan kosong)
Lian : F401?
(Lian tersadar, kemudian mengerjapkan mata beberapa kali)
Kisa : Ada apa sih, sampai teriak sebegitu kencangnya?(tatapan menyelidik)
Lian : Aku? Berteriak? (kaget)
(Kisa mengamati wajah Lian, namun Lian mengacuhkan Kisa dan memilih membuka ponselnya)
Lian : “Anjir!!”(Berteriak kaget)
(Semua atensi anak dalam kelas tersita pada Lian, bertanya Tanya mengapa Lian berteriak)
Ares : Ada apa sih, yan? (menatap malas Lian sambil melepas kabel earphone yang terpasang di telinganya)
Milly : Kenapa yan? Ada apa? Jangan diam aja lah! Kamu gak lagi kebelet poopkan? (bertanya tanpa jeda tanda khawatir)
Lian : Enngg, Anu.. (kikuk)
Gia : Jangan ambigu deh, buruan ngomong sebelum kita mati penasaran!(Setengah menyentak)
Lian : Jadi.. (setengah takut menyodorkan pesan pak penjaga kepada anak-anak)
Milly : Hah?? Serius kamu?? Masa iya ada mahasiswi meninggal di kampus kita sih??Gak banget deh! (menyergah Lian dan mengembalikan ponsel Lian)
Lian : Aku juga nggak tahu, Mil, Aku belum pstikan dengan mata kepala aku sendiri. Tapi kurasa ini benar, lagipula kenapa nbisa tukang penjaga sekolah boongin aku? (menjelaskan ragu)
(Ares memiringkan bangkunya, merebut ponsel Lian dan membaca pesan pak penjaga, kemudian matanya membola, kaget)
Ares : Lian tidak membual, pesan penjaga dan mahasiswi itu benar. (pandangan kebingungan)
(Milly meraih kembali ponsel Lian dari Ares, kemudian melotot tidak percaya)
Lian : hmm, bagaimana kalau kita datang mengeceknya saja? Kurasa itu hal yang benar untuk dilakukan (Bertanya ragu)
Milly : Benar juga, mari kita lihat saja kebenarannya.
(Lian dan yang lainnya menuju kamar mandi ujung lantai 5)
(Lian dan teman-temannya tersentak kaget saat melihat seorang mayat tergeletak di depan pintu kamar mandi dengan dua orang berslontong putih di depannya)
Lian : Hey, Siapa wanita pucat dengan dress semi floral itu? Bagaimana bisa dia ada disana? Kenapa dia tersenyum kepadaku? (Lian memijat pelipisnya ringan, kemudian bersama temannya yang lain menuju wastra)
Milly : hei, menurutmu bagaimana bisa gadis itu meninggal begitu saja di kamar mandi? Bukankah itu sangat janggal? (Melahap pentol besar berlumuran saos kedalam mulutnya)
Lian : Kalau menurutku sih, itu nggak mungkin banget. Kayaknya dia habis di aniaya deh. (Lian dengan sok tahunya, sambil mengocok sekotak susu coklat di tangannya)
(Hening, semua sibuk dengan aktivitasnya. Milly dengan pentol penuh saos, kisa dengan telur gorengnya, dan Lian dengan sekotak susu coklat yang makin terus dikocok)
Ares : Tapi, apakah kalian memikirkan hal yang sama denganku? (datang dengan membawa senampan penuh makanan dengan raut wajah berpikir, kemudian duduk di samping milly)
(Semuanya menatap ares penuh selidik)
Ares : Ada apa? (setengah melotot kasar)
(Milly berdehem kemudian menatap tajam mata ares)
Ares : aku mendengar lantai 5 sudah di booking panitia Halloween untuk acara semalam, dan aku dengar mahasiswi itu salah satu panitianya. Kalian tahu, kan bahwa acara semalam menyebabkan teman kita tercinta ini pingsan saat melaksanakan salah satu acaranya? (gestur menunjuk Lian)
(Lian, Kisa, dan Milly mengangguk setuju)
Kisa : Terus?
Ares : aku dengar saat acara selesai dan semua tim panitia menyusuri tempat di lantai 5, mereka tidak menemukan keanehan sedikitpun. Tapi, saat si penjaga ini ingin membersihkan kamar mandi di lantai lima, ia menemukan mayat. Mungkinah ini semua saling berhubungan? Dengan pingsannya Lian, kematian panitia, dan Halloween?
Milly : Bagaimana mungkin, jangan mengada-ada ar, ini tidak lucu! (nada setengah tinggi)
(Ares menghembuskan napas kasar sambil menutup matanya)
Ares : menurutrmu berapa kali kita mengadakan event ini dan berjalan mulus tanpa adanya lomba tak masuk akal seperti kemarin malam?
(Lian melamun)
Lian : jika memang ini tidak ada hubungannya dengan Halloween mengapa aku menjumpai wanita dengan senyum yang identic?tapi jika memang itu adalah wanita sungguhan, mengapa senyumnya nampak kaku? Sejenis senyuman kaku pada kulit yang sudah tua. Tapi, kenapa aku hanya dapat melihat jelas senyumnya?
Lian : Apa kalian melihat orang lain dalam kamar mandi lantai lima tadi? (bertanya dengan nada takut)
Kisa : Maksudmu? (menyelidik)
Milly : Lian, apa maksudmu dengan orang lain? (menyelidik)
Lian : Ah, nggak, nggak, aku cuman berhalusinasi, mungkin hehe (menyengir kaku)
Ares : Atau… mungkin ini pertanda buruk untukmu Lian. (berkata dengan tenang)
(Senyum Lian luntur begitu mendengar ucapan Ares)
SKRIP 3
The Swash-blucker
Tempat : kantin
( Lamunan Lian buyar saat Kisa menepuk bahunya dan bingung. Ares memberi isyarat untuk pergi Ares dengan berdiri dan memasukan beberapa makanan ringan pada sisi jaket kulit kumalnya. Di sambung dengan Milly yang ikut berdiri dan Kisa yang masih menatap ku seolah Lian )
Lian : Loh? Udahan? ( menatap bingung kawannya) . Sebentar, bukannya kita barusan duduk di kantin dan menikmati makanan masing-masing? Perasaanku, kami baru menghabisakan waktu beberapa menit saja dari dua jam waktu istirahat kami hari ini.
Milly : Jangan bercanda Lian. Kita sudah di sini selama satu setengah jam dan kamu menanyakan hal seperti itu? (menghelah nafas)
( Ares yang tersenyum kecil. )
LIan : Loh? Berarti aku menghabiskan waktu hampir sejam hanya untuk mengkhayal sesuatu yang tidak mungkin? Astaga Lian.
Milly : Ayo! Kamu mau tunggu apa lagi Lian?! ( menyentak dengan tatapan lelah )
( Milly berjalan mendahului Ares dan Kisa yang masih setia menunggu Lian menghabiskan setengah gelas susu cokelat. Lalu mereka berjalan memasuki gedung setelah Lian menghabiskan susu coklatnya, menuju kelas )
Tempat : Lorong, Depan kelas (sedikit kedap suara)
( kelas ramai dan heboh terdengar hingga luar kelas. Mengintip dari balik jendela,Lian menatap siluet Milly yang sedang berorasi)
Kisa : Seperti ada yang sedang berorasi ( berdiri disamping ares yang berada tepat di depan pintu.)
( Ares membuka kenop pintu dan membuat kami menjadi pusat perhatian seluruh kelas )
Kisa : Milly?
Lian : Bukankah itu Milly?
Milly : Nah! Akhirnya kamu datang juga Ares ( sedikit berteriak karena semangat)
( Lian melirik Ares yang menganga dan bingung)
Dodi : Apakah yang dikatan Milly itu benar, Res?
Vita : Aku yakin Ares hanya mengada-ada. Tidak mungkin hal itu terjadi!
Gia : Ares, katakan sesuatu!
Ilham : Apa kau ada dendam tersendiri karena tahun ini tidak terpilih menjadi ketua panita Hallowen?
( Lian mengeryit heran. Lian dan gadis itu terlihat sama bingungnya dengan tatapan tajam yang
ditujukan pada Milly. Ares menghembuskan nafas kasar dengan gengaman tangan pada kenop
pintu yang sedikit mengendor. )
Ares : Apakah sudah ku peringatkan untuk tidak memikirkan hal yang tidak mungkin, Milly
( pandangan satu kelas berpidah saling menatap Milly dengan tatapan tak suka )
Ares : Berhentilah untuk mengatakan sebelum membuktikannya sendiri
( Ares, Kisa dan Lian Keluar dari kelas dengan Ares yang menutup pintu dan menyeringai kecil )
SKRIP 4
The Eavesdropper
Tempat : Kantin
Lian : Apakah Ares gila? Apa tadi dia bilang? Membuktikannya sendiri? Dan apa-apaan seringai tadi? ( menghembuskan nafas kasar didepan soto)
( Ares tersenyum dengan memisahkan kulit dari daging ayam,Lian menatap Ares )
Lian : Si penganut kulit ayam harus dimakan belakangan (dengan nada mengejek)
Kisa : Lian? Ada apa? ( menatap Lian bingung, dengan tangan gesture melambai di depan wajah Lian)
Lian : Hah? Kenapa?
Ares : Kau menatapku dengan pandangan sedikit... menyelidik
Lian : Sebentar, apa tadi katanya? Aku menatapnya? Ehh?! Aku melamun dengan menatap Ares?
Ares : Apa yang sedang beradu di dalam tempurung kepalamu itu, Lian? ( menatap Lian nyalang masih dengan intonasi yang sama.
( Kisa sibuk dengan ponselnya. Lian berdehem )
Lian : Sebernarnya apa yang kau sembunyikan, Ares? ( menatap Ares lamat )
( Ares menunjukan seringai )
Tempat : Ruang Kelas
( Riuh umpatan, makian serta pertanyaan menusuk terlontar sesaat setalah pintu kelas tertutup. Milly kecewa atas ucapan Ares . Hinaan dan cacian tak masuk akal dari api yang tak pernah puas untuk membuatnya meledak, Gia. )
Milly : Aku menatap nanar kepergian dosen wali dengan kabar baik yang telah meninggalkan kelas ini kosong bersamaku. Memang, semua bangku didepanku ini kosong tak berpenghuni. Tapi lihatlah seberapa besar pengaruh cacian yang mereka lontarkan sebelum dosen wali kami datang untuk mengabarkan bahwa kelas kami akan diganti esok.
Kaki bergetar, rasanya aku telah melakukan dosa besar pada dunia. Hawa tubuhku memanas dan entah perintah dari siapa air mataku mengalir tanpa suara isak mengiringi.
Mereka--teman sekelasku kecuali Gia--tak akan pernah seanarkis itu dalam mengolok seseorang jika bukan dia--Gia--telah mematiknya terlebih dahulu.
Berusaha mengobarkan api tinggi-tinggi agar aku semakin meledak dan ikut terbakar. Dia memang seperti itu. Memendam dendam tersendiri untuk sesuatu yang tak pernah aku lakukan.
Bahkan ia sempat hampir mendorongku dari lantai tertinggi gedung universitas kami hanya karena file presentasi yang tak sengaja terhapus saat aku meminjam laptop kesayangannya. Tapi aku tau, bukan file yang membuatnya memiliki dendam kesumat terhadapku.
Persetan dengan Gia dan segala ocehan tidak menariknya. Aku berusaha bangkit di antara kaki yang bergetar hebat, menghapus air mataku kasar dan bertekat untuk menyelidiki ini semua.
Membuktikan sendiri atas apa yang telah disimpulkan oleh Ares, membuktikan bahwa aku bukan pembual ulung yang harus menerima cacian mengerikan mereka.
SKRIP 5
Meeting
Tempat : Omah Sastra
( beberapa orang sedang melakukan rapat. Duduk di lantai dengan satu orang berada di depan mereka )
Destra : Baiklah, karena menunggu itu menyakitkan, mari kita mulai dulu evaluasinya. Yang lain akan segera berkumpul sesegera mungkin ( berdiri, bersandar pada tembok ) Mulai dari seksi acara, silakan ( menunjuk Kikan menggunakan dagu )
Kikan : Ya, jadi acara kita satu minggu yang lalu bisa dikatakan hanya 65% sukses, dan sisanya gagal. Semua rundown berjalan sebagaimana mestinya, semua stan food juga ludes terjual, pengunjung cukup terhibur, dan satu-satunya masalah hanya terletak pada gamenya ( memegang kertas dan membaca isi kertas)
Bayu : Harusnya, ini hanya games biasa sebagai pertanda kita merayakan Halloween. Harusnya, semua bisa berjalan sesuai rencana karena memang games ini dirancang tidak berbahaya. Namun, tetap saja... Selalu tampak kecacatan setelah semuanya terjadi. Pingsannya Lian sudah cukup membuktikan bahwa games ini tidak berhasil kita bawakan dengan baik ( mengipasi didi dengan kardus aqua )
( Kikan mengangguk setuju. Dika menggunakan kaos hitam masuk dengan setengah berlari, di lemparnya asal tas yang dia bawa kemudian duduk di sembarang tempat sambil meneguk segelas air mineral )
Dhika : Lanjutkan
( seluruh atensi kelas beralih padanya )
( Destra menghelah nafas panjang, lalu mengalihkan pandangan ke seluruh ruangan )
Destra : Benar, dari segi acara, semuanya memang berjalan dengan baik kecuali satu hal: games rumah hantu. tetapi, tidak apa. Kesalahan muncul agar kita bisa memperbaikinya. Ini menjadi PR buat kita supaya project kedepannya bisa berjalan lancar tanpa cacat . Ah, ya, aku ingin mendengar hasil dari keamanan ( menatap Dhika yang mengipasi wajahnya dengan buku ) Dhika, kau satu-satunya seksi keamanan di sini. Ucapkan hasil evaluasimu"
Tempat : Kumbang ( tapi disini kita pakai ukm sahabat sastra ) , depan omah sastra
( Milly tertidur di sekret kumbang lalu mengecek jam tangannya, menghelah nafas lalu merapikan tasnya dan keluar dari sekret. Saat keluar dari secret ia mendengar suara dari aeah Omah sastra, jongkok di depan jendela dan mulai menguping dan tersenyum. )
Dhika : Hngg, aku mau bilang sesuatu, tetapi dengan syarat kalian harus percaya padaku ( berdiri di samping destra dengan wajah serius )
Kinkan : Apa
Dhika : Sebenarnya, waktu itu aku merasa ada yang aneh dengan salah satu peserta kita. Satu dari mereka ada yang benar-benar membuatku gagal untuk mempercayainya, bahkan
Kiko : Siapa? Si gadis terakhir itu? Siapa namanya? Aahh Lian, bukan? ( memotong ucapan Dhika )
( Dhika mengangguk )
Dhika : Kalian tahu, aku bagian dari seksi keamanan, kan? waktu itu aku mengamatinya dalam lift yang akan membawanya turun. Wajarnya, semua orang akan langsung menekan angka satu untuk membawanya kembali pada venue hallooween yang kita adakan. Anehnya, dia malah menekan angka empat
Nina : Empat? Bukannya liftnya tidak akan berfungsi pada lantai genap? mengapa dia melakukan tindakan bodoh semacam itu? ( memasang wajah bingung )
Dhika : Logisnya seperti itu. Dan, kalian tahu hal yang lebih menganehkan? Lian menekan angka empat sebanyak empat kali ( wajahnya kembali serius )
Tian : Memangnya mengapa? Ada apa dengan empat kali?".
Dion : Angka empat merupakan pertanda kematian dalam kepercayaan China, bung, jika kau tidak tahu ( menyahut dengan wajah datar )
Destra : Tunggu, maksudmu, Lian dengan sengaja menekan angka empat padahal liftnya tidak akan berfungsi, begitu?
( Dhika mengangguk yakin)
Dhika : Anehnya, liftnya dapat terbuka dan dia bisa keluar dari sana
( semua atensi seluruh ruangan memandang Dhika antara percaya dan tidak )
Indira : Wow, benar-benar berita besar
Divi : Tidakkah kau berpikir hal ini terlalu jauh? Maksudku, bagaimana bisa gadis biasa seperti Lian tiba-tiba dengan sengaja melakukan itu? ( sedikit ragu )
Dhika : Maksudmu, aku berbohong? Apa aku sedang terlihat tidak serius, sekarang ( nadanya meninggi dengan raut wajah geram )
( Dhika menghelah nafas panjang, mengelurkan ponsel dari saku celananya )
Aku punya bukti berupa rekam cctv yang sempat kita pasang di dalam lift, jika kalian ingin melihatnya" Dhika memasang kembali raut wajah seriusnya diikuti dengan tangannya yang terulur menunjukkan video berdurasi pendek sekitar tiga sampai empat menit dengan Lian di dalamnya.
( semua orang dalam sekret mencoba menonton video dari ponsel Dhika )
Candra : Oh, ayolah! Ini sudah 2019 dan kita masih mempercayai hal semacam itu? Kita sudah tidak hidup di zaman nenek moyang, bung! ( kesal )
Kinkan : Daripada kita penasaran, bukankah lebih baik jika kita bertanya langsung kepada orangnya? ( menyahut setelah selesai menonton video yang diberikan Dhika )
Destra : Nah, benar kata Kikan. Tidak adil jika kita hanya mendengarkan Dhika, tanpa melihat dari sisi Lian. Oke, pastikan Lian dapat bergabung dengan evaluasi kita esok hari
Tempat : Jalan ( menuju kostnya Milly )
( Milly tersenyum kemenangan setelah menguping dari balik jendela Omah Sastra, mengingat semua ucapan yang ia dengar dengan jelas di dalam otaknya dan tersenyum terus menerus. )
--------Sampai di daerah dekat kostnya------
Kisa : Hahaha, iya, aku tadi juga lihat meme itu dari twitter
( Milly mendongak dan melihat Lian dan Kisa yang sedang memakan ice cream dan tertawa sambil berfokus pada ponsel. )
Milly : Jika yang dikatakan Dhika tadi benar, maka aku hanya tinggal mengkonfirmasinya kepada Lian, bukan?
( Milly menghampiri mereka )
Milly : Lian, Kisa!" ( Lian dan Kisa menoleh kaget, Milly tersenyum ) Lian, ada yang harus ku tanyakan padamu. Bisakah kau mengikutiku sebentar?
SKRIP 6
SCAPEGOAT
Tempat: Taman, sore hari
(Milly dan Lian bertemu untuk membahas sesuatu)
Milly: Lian, kamu mendengarkanku dengan baik, kan? (Mengguncang pelan tubuh Lian).
Lian: Huh, iya?(Memasang wajah sepolos mungkin, berlagak seolah tidak mengerti apa yang sedang Milly ucapkan)
Milly: Susah emang ngomong sama anak yang suka ngelamun (menyentakpongah, namun tetap menjelaskan lagi maksud pertanyaan yang dia beri pada Lian setelah satu helaan napas panjang keluar dari mulutnya)
Milly: Lian, kamu percaya ngga, kalau empat itu angka kematian? (tampang serius)
kematian?
Lian: "Tunggu, Milly. Apa maksud ucapanmu?" (setengah melotot terkaget)
Milly: Aku serius, Lian. Kamu percaya apa nggak? (menatap lurus Lian)
Tempat: Taman, sore hari
Milly: Haruskah ku tanyakan pada Lian sekarang? Haruskah aku hanya akan menyimpannya sendiri? Atau, apakah lebih baik bagiku jika menanyakannya pada Lian di depan kelas bersama anak-anak besok? Ah, tetapi jika seperti itu caranya Lian mungkin tidak akan mau berkompromi untuk berkata jujur. Eh, tetapi kan Lian juga terlalu tidak mungkin melakukan hal-hal semacam yang Dhika sebutkan tadi? Duh, pusing deh kepala Milly!
(Milly mengambil napas besar, menghelanya kasar kemudian mengangguk yakin)
Milly: Baiklah Milly, Sekarang atau tidak sama sekali.
Milly: Jadi gini, aku tadi pas beres kuliah kan nggak langsung pulang, tapi mampir dulu di rumah kumbang. Nah, kebetulan sekali aku baru mau pulang jam satuan gitu. Terus, pas aku pulang kan aku ngelewatin rumah sastra, Nah di sana lagi pada rame gitu bahas tentang evaluasi event Halloween minggu lalu" (sambil menatap Lian lamat)
Milly: Karena aku penasaran sama hasil evaluasinya, jadilah aku ngedengerin sedikit apa yang sedang mereka bahas. Kamu tahu Dhika kan? dia mengucapkan sesuatu yang membuatku terkejut setengah mati. aku sampai bingung harus berkata apa untuk menjelaskannya.
Lian: Dhika?kakak panitia yang bagian keliling ngawasin itu? (bertanya memastikan)
(Milly mengangguk pasti)
Milly: Sebelum aku lanjutin, kamu janji dulu ke aku ya, nggak bakalan marah? (menatap serius)
Lian: Iya aku janji (mengangguk tenang)
Milly: Dhika bilang dia merhatiin kamu pas lagi di dalam lift lewat cctv yang sudah mereka pasang sebelumnya. Dia ngelihat kamu nekan angka empat di tombol lift, disaat seharusnya lantai satu yang jadi tujuan kamu. Dia juga bilang kamu nekan angka empat nggak cuman sekali saja, tetapi sampai genap empat kali. Dia bilang kalau kamu aneh. (berkata dengan hati-hati dan menatap mata Lian)
Lian: Milly? (nada memaggil)
Lian: Apakah aku tampak seperti orang yang akan melakukan hal-hal semacam itu? (menatap Milly sedih)
(Milly tertegun)
Milly: Tidak mungkin Lian melakukan hal-hal seperti yang telah dituturkan oleh Dhika saat evaluasi tadi.
(Milly menatap Lian sendu)
(Kisa datang menghampiri Lian dan Milly. Lian membisikkan sesuatu pada Kisa kemudian tersenyum penuh arti)
(Milly melihat senyum Lian kemudian menggigit bibirnya ragu, kemudian menggeleng lemah dan pergi menonggalkan Lian dan Kisa)
Tempat: Rumah Sastra
(Pintu terbuka, hening. Seluruh perhatian mengarah pada Lian, si pembuka pintu. Lian mengedarkan atensi hingga ke sudut ruangan, Hingga tepat diujung sana, seorang lelaki dengan kaus hitam oblong dan jaket kain tersampir dipundak sedang melambaikan tangan ke arahnya. Senyum hangatnya menyapa, bersamaan dengan sapuan jemari menyugar rambut hitam klimisnya kebelakang saat Lian berhasil duduk berhadapan dengannya)
(Atmosfer teramat sangat panas, ruangan yang mungkin tidak lebih dari 3x4 meter ini tidak memiliki ventilasi—walaupun kipas angin sudah bertugas dengan benar. Banyak dari mereka yang menjadikan buku, alas gambar dan kardus untuk memberikan mereka oksigen lebih)
(Kak Reno menghela napas kecil sebelum mengawali kalimatnya)
Ka Reno: Kami sedang melakukan evaluasi. Kamu tahu sendirikan kalau beberapa hari yang lalu ada mahasiswi yang mati di toilet?
(Lian mengangguk dengan antusias)
Kak Reno: Nah hari ini kami, selaku panita mau evaluasi ulang tentang itu semua, termasuk pingsannya kamu di event kami kemarin.Dan salah satu dari panitia kami menyatakan bahwa kamu menekan lift di angka 4 sebanyak 4 kali-
(Lian mengeryit bingung saat Kak Reno sedikit menjeda perkataanya dengan menghela napas sebelum tatapan setajam duri seolah menusuk tepat ke arahnya)
Kak Reno: Kami perlu penjelasmu, Lian
Lian: Itu tidak benar kak. Aku ingat kok kalau aku menekan lift pada lantai 3. Aku nggak segila itu untuk menekan lantai 4 yang jelas-jelas nggak berfungsi (nada meyakinkan)
Dhika: Mengakulah saja Lian, aku memiliki buktinya (menyahut malas)
Lian: Bukti apa yang mau kakak berikan kalau aku saja yakin hanya menekan lantai 3. Lagi pula saat itu aku juga bertemu dengan kakak itu! (nada setengah tinggi,sambil menunjuk sosok senior dengan perawakan besar yang sedang sibuk dengan makanannya di dekat pintu, membuatnya sedikit menoleh dan menganggukan kepalanya sekilas sebagai jawaban.
(Lian mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, menarik napas besar)
Lian: Tidak akan ku biarkan!
(Seseorang di antara mereka maju, membelah sedikit kerumunan yang memblokade jalannya menuju tempatku dan Kak Reno duduk. Menyodorkan ponselnya yang menayangkan sepenggal adegan dalam rekaman cctv, di mana Lian berada di dalam sana)
(Setelah rekaman cctv selesai Lian mendengus sebal)
Lian: Bagaimana bisa mereka bersihkukuh bahwa aku menekan angka empat sebanyak empat kali padahal tidak terlihat jelas? Maksudku, rekaman itu tidak menunjukkan bagaimana aku menekan tombol empat sebanyak empat kali!! Oke ini fitnah paling parah yang pernah aku terima.
Lian: Apa angka pada lift menunjukkan bahwa aku turun dilantai 4? Dan apakah aku menekan tombol angka 4 dalam rekaman cctv itu? (bertanya tenang, semua orang di dalam ruangan menatap Lian nyalang)
(Nada dering panggilan masuk memecah atmosfer suram di dalam ruangan. Berdiri dalam duduk sembari merongoh ponsel dalam saku jaket Lian berjalan mendekati pintu untuk menerima telepon)
Andi: “Milly meninggal yan. Dia meninggal di kamar kosnya beberapa menit yang lalu. Aku dikabari sama Mbak Lia yang kamarnya disamping Milly”
(Lian sedikit membalikkan badan dan menatap semua orang di dalam ruangan tepat dimata)
Lian: Carilah taktik baru jika ingin memfitnah seorang korban dari permainan yang kalian buat!terima kasih untuk mengundangku dan mengungkapkan kebohongan sendiri. (nada menyentak, kemudian pergin meninggalkan ruangan)
SKRIP 7
A BAD HAIR DAY
Tempat: Rumah Milly
(Lian meninggalkan rumah sastra dan bergegas ke rumah Milly. Sesampainya, Lian berhasil membelah kerumunan di depan, kemudian metutup rapat mulutnya kaget. Terlihat tubuh ringkih Milly dengan kedua tangan bersedekap diatas perutnya. Wajahnya pucat, matanya terpejam begitu erat. Yang lain juga menatap Milly sendu, tak tahu harus melakukan apa)
(Lian Berjongkok, mengusap rambut Milly, menatapnya sendu)
Andi: sudah Lian, biarkan Milly istirahat dengan tenang (menepuk pelan bahu Lian dengan sedikit membungkuk menghadap jasad Milly)
(Lian menghela napas panjang. Menatap sendu wajah ayu Milly yang telah terpejam cukup pucat)
Tempat: Kampus, ruang kelas.
(Lian mau tidak mau harus memasuki bangunan lima lantai dengan gontai, enggan untuk mengikuti kelas linguistic. Langkahnya terhenti saat berada tepat di depan pintu kelas. Terdengar riuh suara teman-temannya yang entah membahas apa. Setelah mengumpulkan niat di atas ubun ubun, Lian akhirnya menyentuh kenop pintu dan membukanya perlahan)
(Hening, semua atensi tertuju padanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Lian hanya bersikap masa bodoh dan enggan bertanya apa yang sebenarnya terjadi)
Sarah: Hei, menurutmu jika Milly meninggal seperti itu, apakah itu wajar?
Luna: Maksudmu?
Agus: Milly bukanlah anak yang sakit-sakitan, ia juga tidak punya riwayat penyakit yang serius. Apa mungkin baginya meninggal secara mendadak seperti itu?
Luna: Benar juga, ku dengar kemarin orang yang terakhir ditemui Milly adalah Gia
Sarah: Gia? Bukankah mereka sudah lama tidak berteman lagi? Maksudku, sudah tidak sedekat dulu
Agus: Aku kemarin sempat bertanya pada pak satpam kos yang ditempati Milly, ia bilang kemarin sore Gia datang kesana
Nina: Astaga, tidak ku sangka Gia sebenci itu kepada Milly
Sarah: Apa yang telah Gia lakukan pada Milly? Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi
Luna: Lian, bagaimana pendapatmu?
(Diam. Lian masih cukup berduka akan kepergian Milly dan tidak lagi sanggup menjawab cercaan pertanyaan yang teman-temannya lontarkan kepadanya)
(Seketika Gia datang, memakai setelan serba hitam pertanda ia yang paling kehilangan Milly. Tidak ada satupun suara menyambut kedatangannya. Gadis itu diam tak bergeming, menatap malas teman-temannya kemudian terduduk di bangku paling belakang. Teman-teman sekelas Gia? Mereka terdiam dan saling melempar pandang, beberapa menatap Gia dengan sinis. Gia yang tak tau apa-apa pun merasa bingung. Tanpa mengindahkan pandangan teman-teman, Gia memilih berdiri, keluar kelas dengan dalih mencari udara segar. Langkahnya terhenti ketika tiba-tiba ada yang menepuk bahu nya)
Agus: Aku tidak percaya kau akan melakukan ini Gi, Bahkan kamu sampai gelap mata dan tega membunuh Milly?"
(Gia tertegun sekaligus bingung)
Gia: Apa maksud perkataan mu? (nada tidak terima)
(Tatapan anak anak sekelas seketika terfokus pada Gia. Menghujani Gia dengan tatapan seolah menghakimi. Gia merasa tidak terima atas tuduhan yang diberikan kepadanya, tanpa sadar mulai meneteskan air mata. Lian yang tidak tega Gia dituduh, berusaha membelanya dan menenangkan Gia)
(Lian bangkit dari duduknya, mulai angkat bicara)
Lian: Ayolah, kalian jangan seperti itu. Semua tuduhan kalian tidak berdasar. Gia memang punya masalah dengan Milly, tetapi bukan berarti dia membunuhnya
(Dengan senyum kecut Gia menepuk sekilas pundak Lian dan melenggang pergi meninggalkan kelas. Walaupun sempat tertahan oleh Andi didepan kelas, ia tetap bersikeras untuk pergi)
(Kelas menjadi sangat kacau, tidak bisa terkendali sama sekali. Cacian yang sempat mereka utarakan untuk Milly kemarin, kini berputar balik menghujam Gia, menyerang gadis itu hingga ke dunia virtual dengan membumbukan foto kelas–dimana Milly dan Gia sempat tertawa bersama–dalam kecaman yang mereka kirimkan. Membunuh psikis seseorang atas kejahatan yang tidak ia lakukan)
Tempat: Taman terbengkalai tidak jauh dari kampus
Gia: Bagimana bisa mereka hanya mempertahankan satu sisi sudut pandang di antara milyaran sudut padang di dunia ini? Rasanya aku ingin berteriak untuk meminta keadilan pada tuhan.
Ares: Aku tau itu bukan kamu
(Gia mendongak untuk memastikan siapa pemilik suara yang berani sekali memasuki wilayah kekuasaan yang sempat aku buat bersama Milly)
Gia: Kejahatan apa sebenarnya yang pernah ku buat padamu Mil?
(Disana, tepat dibawah pohon mangga yang sudah lama tidak berbuah. Sosok Ares berdiri dengan salah satu earphone menyumpal telinga kanannya. Menatap lurus ke arah Gia sebelum tersenyum kecil dan melangkah maju)
Gia: Bagaimana bisa Ares menemukanku disini?
Ares: Mengikutimu, tentu saja (berdiri berhadapan dengan Gia)
Gia: Bagaimana kau yakin itu bukan aku? (memancing)
(Ares melepaskan kedua earphone dari telinganya. Tersenyum kecil lalu mengeluarkan coklat silverqueen dengan ukiran tangan Milly di pembungkus luar coklat yang dulu sempat ia beri pada Gia, dan Gia tolak.
Gia: Mengernyit bingung, bagaimana bisa benda ini–
Ares: Dari Milly untukmu. Aku menemukan coklat ini tertinggal di lokernya, di hari yang sama saat kamu memakinya waktu itu.
(Gia terdiam untuk beberapa detik. Mau tak mau ingatan buruk dimana aku memakinya menghantam dengan keras. Menjejalkan segala keburukan yang pernah ia lakukan pada gadis sebaik Milly, keburukan yang tak pernah ia duga akan membuatku terlihat menjadi penjahat ulung)
Ares: Bukankah kau pikir tuduhan ini memang pantas untuk semua kelakuan kasarmu padanya?
Gia: Tapi aku tidak membunuh– (mengelak)
Ares: Yah, kamu memang tidak pernah membunuh fisik Milly.Tapi kamu telah membunuh mentalnya. Pernahkah kamu berfikir berapa kali ia menangisi persahabatanya yang hancur hanya karena ke egoisanmu? Berapa kali ia menahan malu saat kamu mengejeknya di depan semua orang?"
Ares: Melukainya?
Ares: Membunuh mentalnya?
Ares: Membunuh kepercayaan dirinya?
Ares: Pikirkan ini baik-baik Gi, Apakah kau lebih baik dari sekedar pembunuh?
(Ares pergi meninggalkan Gia)
SKRIP 8
TO LOSE YOUR TOUCH
Tempat : Ruang Kelas
(Alkisah Fujia Suci, gadis dengan potongan rambut sebahu itu hanya menganggukkan kepala tanpa minat saat Pak Darsono memulai materi. Rasanya ia ingin segera keluar dari kelas dan menyusul Lian)
[sfx: bunyi notifikasi pesan]
'Ting! '
(Dengan sedikit ogah Kisa menggeser lockscreen langit, menekan pop up pesan dari nomor yang tidak dikenal)
(Pesan dari Dhika muncul, sedikit terheran, namun dengan secepat kilat Kisamembalasnya)
Kisa: Dhika, kakak tingkat yang sempat Lian ceritakan seusai kembali dari kediaman Milly. Kakak tingkat yang bersaksi bahwa ia melihat Lian dengan kedua matanya sendiri dengan bantuan kamera pengawas sedang menekan tombol angka 4 lift saat ia beraksi. Sedikit membuatku bingung, tapi apa salahnya untuk menemui?
(Menjelang siang, jalanan mulai ramai akan anak anak yang berhuru-hara. Kisa, dengan tangan penuh barang bawaan tergesa-gesa menyebrang padatnya jalan raya, buku linguistik setebal hampir 500 halaman bertumpuk dua di tangan kirinya, dan tangan kanannya menenteng totebag cokelat yang entah berisi apa)
(Dhika, laki-laki berperawakan cungkring duduk di sudut cafe, dengan tangan kiri mengapit sebatang rokok yang hampir habis. Matanya menatap dalam diam kaca jendela yang menampakkan kondisi di luar cafe, perlahan ditiup ujung rokoknya yang menyala kemudian di letakan pada asbak. Senyum sedikit terhias di wajahnya saat melihat gadis yang ditunggunya sedari tadi sudah berdiri bingung di ambang pintu mencari keberadaannya)
Dhika: Kisa! (memanggil dengan mengacungkan satu tangannya ke atas)
(Kisa sibuk mencari, sampai akhirnya pandangannya bertabrakan pada Dhika. Kisa datang menghampirinya dan tersenyum kaku mengucap sapaan)
Kisa: Kak Dhika? Udah nunggu lama ya? maaf tadi Pak Darsono panggil aku sebentar soalnya (canggung)
Dhika: Haha, gapapa, santai aja.Oh iya, kamu sudah makan?(tertawa ringan)
Kisa: Aku nggak bisa lama-lama disini kak, satu jam lagi aku harus selesaiin tugas dari Pak Darsono (tatapan tak enak)
Dhika: Oke, baiklah. Jadi begini Kisa, aku mau bahas tentang teman kamu, Lian.(mata lurus menghadap Kisa)
Kisa: Lian? (mata Kisa menatap pria itu lurus) Ada apa lagi dengan Lian?
Tempat: Café Gemintang
(Mendengar nama Lian disebut, Kisa tersenyum samar)
Dhika: Kisa, bagaimana menurutmu? Kita tidak bisa membiarkan dia melakukan hal semacam itu lebih jauh lagi. Kamu tahu, ini mungkin memang terdengar konyol. Tapi kita tidak punya banyak waktu lagi sebelum ia bertindak lebih jauh lagi.
Kisa: Apa ini akan baik-baik saja, kak? Dia bukan sembarang orang yang dengan mudah bisa kita sudutkan (nada goyah)
Dhika: Tenang, Kisa. Kamu akan baik-baik saja, keluargamu pun juga. Aku bisa pastikan itu, percayalah
Dhika: Ini demi kebaikannya juga, Kisa" Tambah Dhika berusaha meyakinkanku.
Kisa: Baiklah, akan kubantu kakak dengan syarat tidak ada apa-apa terhadapku dan keluargaku.
(mendengar ucapan Kisa, senyum Dhika merekah)
Tempat: Kamar kos Lian
(Kisa termenung di dalam kamar kos Lian)
Kisa: Jika harus jujur dan membuka semuanya, itu tidak mungkin terjadi. Karena bagaimana pun Kak Dhika adalah asing yang kebetulan mengetahui segala puing-puing cerita yang pernah aku ukir bersama Lian, tapi masalahnya adalah...Bisakah aku percaya padanya?
(Menghembuskan napas kasar, Kisa mengamati setiap pernik yang memberi kesan apik pada kamar Lian. Menunggu sang empu yang masih asik dengan suara gemericik air dari dalam kamar mandinya. Dengan cekatan Kisa mengeluarkan cairan kental berwarna merah yang sudah terbungkus plastik dengan warna senada dari dalam kantong hitam tebal, menumpahkan segala isinya pada gelas antik yang berdiri kokoh pada meja samping tempat tidur milik Lian)
(Usai melakukan itu semua, Kisa kembali memasukkan pembungkus cairan itu pada kantong hitam. Mendudukan diri di pinggiran kasur dengan wajah menunduk dan kembali membuang napas kasar)
(Derit gesekan antara engsel pintu terdengar bersamaan dengan kaki Lian yang menapak pada keset depan kamar mandi. Kisa mendongak untuk mendapati Lian yang tengah tersenyum dengan tangan sibuk mengoperasikan ponsel pintarnya)
Lian: Baru sampai? Tumben, habis dari mana?
(Kisa tersenyum kecil dengan tangan menyodorkan gelas berisi cairan pekat tadi, disambut Lian dengan langsung menyesapnya)
Lian: Mampir ke warung dulu?
(Kisa mengeryit heran)
Lian: Bau rokok, Sa
(Menghela napas pelan, Kisa menatapnya lekat. Menganggukkan kepala sekilas sebagai balasan)
(Setelahnya, hening menyapa. Hanya ada Kisa yang terdiam dan Lian yang masih terlalu asik dalam dunianya. Mata Kisa tak pernah lepas memperhatikan bagaimana tenggorokan Lian menelan cairan pekat itu dengan khidmat. Mengabaikan semua yang ada disekitarnya dalam sesaat, sebelum meletakkan gelas tersebut dan menatap Kisa tepat pada mata.
Lian: Kisa, mau aku antar menemui semua anggota keluargamu? (tersenyum)
Breaking News
Telah terjadi tabrakan di daerah sekitar Taman Atmasari yang terbengkalai. Dua mobil menjadi korban dalam peristiwa naas tersebut. Ditemukan 1 korban tewas dan 2 korban lainnya mengalami luka-luka (...)
SKRIP 9
See Saw
Tempat : Café
( Dhika duduk di salah satu kursi yang tersedia dalam café, sedikit terkejut ketika notifikasi pesannya masuk dan menunjukkan nama Kisa disana. Tersenyum kecil seraya menghembuskan rokok )
Dhika : Tunggu, jangan salah paham dulu. Aku tidak berniat mengencani Kisa, tentu saja. Kami hanya akan membahas seseorang yang mungkin adalah kunci dari semua misteri selama ini.
Bicara tentang Lian, aku benar-benar kagum dengan sosoknya. Bagaimana bisa dia melakukan semua kejadian-kejadian mematikan seperti itu dengan bersih? Maksudku, Sepandai-pandai tupai melompat, ia akan jatuh juga kan?
Aku masih ingat pertama kali melihat Lian di event Halloween beberapa minggu lalu. Kesan pertamanya sungguh ramah dan ceria. Ia mudah berbaur dengan lingkungan baru dan sedikit... Aneh?
Oke, jangan sudutkan aku dulu. Aku punya alasan tersendiri mengapa menyebut gadis sebaik Lian dengan sebutan aneh. Pertama, kejadian di lift saat malam Halloween petang itu. Sejujurnya, di awal aku menganggapnya itu hal biasa saja. Yah, sebut saja kesalahan teknis, karena mungkin ia terlalu gugup berada lama di lantai atas sana dan ingin sesegera mungkin turun, jadilah ia terburu-buru memencet tombol yang salah. Tapi, setelah di pikir-pikir sikapnya lebih dari sekadar tenang waktu di dalam lift. Ia bersikap seolah malam yang dingin itu bukan apa-apa baginya, dan dengan nyali di atas ubun-ubun miliknya itu, dipencetnya lah angka empat pada tombol yang tertera di lift.
Oke, kalian mungkin mulai bertanya, bagaimana aku bisa tahu Lian memencet angka empat? Sedang ia sendiri sudah berdalih tidak melakukannya, dan hasil rekam cctv yang ku tunjukkan juga tidak menampakkan dengan jelas angka mana yang Lian pencet? Posisi tubuhnya yang seolah-olah memblokade sorot pandang kamera cctv membuktikan semua. Jika pada kebanyakan orang akan menekan tombol dari tempat dimana ia terakhir berpijak maka lain lagi dengan lian. Seolah memblokade celah rekam cctv, ia mengepung tombol lift tersebut dan memencetnya acak. Jika kamu akan memakan waktu sekitar 1 detik untuk memencet tombol, maka Lian membutuhkan waktu sedikit lebih lama. Aneh bukan?
( menyeruput santai kopi lalu menatap jalanan dan mendecak kesal )
Kalau dipikir-pikir ternyata menunggu itu tidak enak ya.
Tempat : Cafe
( Dhika menghelah nafas sambil menatap arloji )
Dhika : dimana sebenarnya Kisa
[sfx : bel pintu cafe]
( Dhika mendongak dan mendapati Kisa berdiri )
Dhika : Kisa!" ( memekik )
( Kisa berjalan mendekat. Dengan tangan penuh dengan barang ia duduk di depan Dhika. Dhika tersenyum pada Kisa yang hanya dibalas anggukan sekilas )
Kisa : Kak Dhika? Udah nunggu lama ya? maaf tadi Pak Darsono panggil aku sebentar soalnya
Dhika : Haha, gapapa, santai aja. Oh iya, kamu sudah makan? ( santai sambil menyeruput lagi sisa kopi yang sedikit lagi kandas )
Kisa : Aku nggak bisa lama-lama disini kak, satu jam lagi aku harus selesaiin tugas dari Pak Darsono
Dhika : Oke, baiklah. Jadi begini Kisa, aku mau bahas tentang teman kamu, Lian
( menatap Kisa )
Kisa : Lian?
(Dhika sedikit mengeryit sebentar lalu tersenyum geli setelahnya. )
Dhika : Kamu pasti sudah tahu, Kisa. Jangan berkelit, aku sudah tahu semuanya. Baiklah, tentang Lian, aku membenarkan apa yang kakak asumsikan selama ini, jika itu berkaitan dengan kejadian di lift saat Halloween.
Bukan, bukan, bukan hanya kejadian lift. Tapi juga kematian panitia Halloween, dan juga.. kematian temanmu sendiri, Milly
( raut Kisa menjadi sedikit tidak nyaman )
Baiklah, kita anggap saja itu semua saling berhubungan, dan kamu kebetulan tahu semuanya. Tapi Kisa, tidakkah kamu berpikir atas dasar apa Lian melakukan semua ini?
( Kisa tidak menjawab. )
Kisa, apa kebetulan.. kamu kaki tangan Lian selama ini?
Kisa : Kak, kalau nggak ada yang lebih penting untuk diomongin lagi, lebih baik aku pergi deh ( mendorong kursi dan bersiap untuk pergi )
Dhika : Kisa, apa kamu bahagia berteman dengan Lian? Apa kamu tidak ingin memiliki teman lebih banyak dari hanya seorang Lian? Apa kamu tidak ingin mengenal lebih banyak orang? Apa kamu tidak ingin berteman dengan orang yang benar-benar menganggapmu adalah teman mereka? Sampai kapan, Sa? Sampai kapan?
Kisa : Cukup kak! Cukup! ( sedikit berteriak ) Katakan padaku, apa yang ingin kakak ketahui?
( Dhika tersenyum penuh kemenangan. )
Dhika : Lian. Apa sebenarnya yang tengah ia inginkan?
Dhika : Mengobrol dengan gadis dingin seperti Kisa memang tidak menarik urat sedikit pun tapi-oh ayolah siapapun butuh hiburan ditengah argumen kecil.
Kini aku tahu apa yang sedang Lian lakukan setelah mendengar cerita singkat dari Kisa beberapa menit yang lalu. Tentang Lian yang terobsesi akan kecantikan, kemudian ia buta akan obsesi itu, membunuh panitia sebagai tumbalnya, menutupi segala kebusukannya, dan yang terakhir.. membunuh salah satu teman dekatnya. Benar-benar gadis luar biasa.
Kisa : Baiklah, akan kubantu kakak dengan syarat tidak ada apa-apa terhadapku dan keluargaku
( Kisa menatap Dhika lurus dimata. Dan Dhika mengangguk lalu melanjutkan kegiatan merokoknya )
Kisa : Malam ini aku akan ke rumah Lian. Memberikannya jus merah yang ia inginkan. Kakak bisa-'
Dhika : Bisa, tenang, chat aja nanti
(Kisa bangkit dari duduknya, membereskan barang bawaan yang berserakan disekitar kaki lalu melenggang pergi. Bisa terlihat dengan jelas raut wajah Kisa tidak suka saat Dhika memotong perkataanya, )
Tempat : Depan rumah Lian
( Dhika dengan jaket kulit, arloji ditangan kanan, rokok di sela jari duduk di atas montor GL-Proo warna hitam dibawah pohon. Saat mobil keluar dari pagar rumah Lian bebarengan dengan pesan Kisa agar ia membututinya. Ares pun melajukan montornya sangat pelan dibelakang mobil dengan terus menggerutu. Dahi Dhika mengeryit saat mobil itu belok pada jalanan yang sepi dengan laju mendadak sangat cepat dan membuatnya terlihat tertinggal dibelakang. )
Dhika : ( menggerutu sambil memandang heran mobil didepannya )
Apa mereka sedang mencari jalan pintas? Apa aku ketahuan?
( Dhika terkejut saat terdengar dentuman keras dari arah jalan yang dipilih mobil dengan Kisa di dalamnya. Saat Dhika berhasil membelokkan motor dengan laju cepat–sedikit menukik memang–dan mobilio didepanku telah bertabrakan dengan mobil lain, dengan kursi penumpang bagian depan–tempat dimana Kisa berada–menghantam kursi penumpang mobil lain.)
Satu nyawa lagi.
SKRIP 10
BLOOD WILL OUT
Tempat : Tempat Kisa kecelakaan
( Dhika tercengang dengan apa yang dia liat. Dhika masih duduk di atas motor dan melihat mobil Lian dengan asap mengepul. )
Dhika : Maaf Kisa, maaf, Maaf untuk tidak menepati janjiku
Kisa : Kak, kalau nanti aku nggak bisa diselamatkan, gapapa kok. Mungkin emang sudah waktunya buat aku pergi dari dunia ini. Tapi, jangan berhenti ya kak. Tolong buat Lian sadar kalau perbuatannya selama ini salah. Oh ya, tolong kasih ini ke Lian kalau nanti emang aku benar-benar nggak ada ya kak ( hanya suara )
( Dhika menghelah nafas, memutar balik montornya )
Dhika : Kampus
Tempat : Kampus
Hana : Lian?
( Hana berlari kearah Lian, dengan menangis dan mengguncang pundak Lian. Wajah teman yang lainnya terlihat shock dan bingung )
Tara : Lian, bagaimana bisa Kisa bisa meninggal?" ( mata berkaca-kaca )
( Semuanya terdiam, menanti penjelasan Lian )
Lian : Bagaimana ini? Aku terlalu takut mengatakan fakta Kisa memang meninggal saat bersamaku.
( menghelah nafas, ekspresi sedih dan terluka )
Lian : Aku tadi mau ngajak Kisa ke rumahnya, mau jenguk ayah sama yoga, adiknya. Awalnya kita excited banget karena emang udah lama Kisa nggak ketemu ayah dan adiknya. Tapi- ( memotong ucapnnya sendiri, dengan air mata berlinang) Ada mobil hitam dengan kecepatan penuh melaju cepat dari arah berlawanan. Mobil itu menghantam kami, dan naasnya, jok tempat duduk Kisa remuk karena tabrakan itu. Kisa tidak sempat aku selamatkan disaat harusnya aku bisa menyelamatkan dia.
Dara : Tapi, bagaimana bisa hanya jok Kisa yang hancur?"
( Lian tercekat ditengah tanggisnya. Menghelah nafas kasar serta menghapus air matanya )
Lian : Aku tidak tahu, Dara. Semuanya terjadi begitu cepat
Dara : Aku ingin tahu kebenarannya, Lian. Aku juga sudah bertahun-tahun berteman dengan Kisa! Bagaimana bisa Kisa pergi meninggalkan kita begitu saja? Bagaimana? Pasti ada sesuatu yang salah ( meraung di tengah tanggisnya )
Lian : Baiklah, akan kujelaskan padamu Dara. Tapi nanti, tidak sekarang, tidak di keramaian. Aku butuh ruang yang hanya ada kita berdua
( Dara dan Lian pulang keumah Dara )
Dara : Jadi?" ( Menatap Lian tepat dimata )
Lian : Kisa memang meninggal, jok tempat duduknya benar-benar hancur dan aku tidak bisa membantunya
Dara : Begitu saja? ( Dengan nada curiga dan menatap Lian semakin tajam ) Aku tidak percaya Kisa bisa meninggal dengan sesederhana itu, terlebih itu saat bersamamu, Lian ( Tersenyum sinis dengan maenatap Lian nyalang )
Lian : What the.. Ada apa dengan gadis ini?
Tempat : Parkiran, Lift kampus
( Dhika berada didalam lift dan menekan angka 4 pada lifty sebanyak 8 kali dan tersenyum puas saat lift malah membawanya kembali ke lantai 1. Keluar dari lift, berlari dan segera mengendarai montor yang ia parker asal menuju rumah Dara)
Dhika : Oke Lian, bersiaplah untuk menerima kejutan dariku!
Tempat : Rumah Dara
( Lian merasa tubuhnya sakit dan pening. Tiba-tiba pandangannya buram serta siluet wanita yang ia liat di lantai 5 terlihat kembali. Wanita itu tersenyum padanya dan semakin membuat Lian kesakitan )
Dhika : Lian ( berdiri dengan nafas terengah )
( Lian semakin merasa kesakitan dan jatuh terduduk, menunduk )
Dhika : Portalnya sudah kututup, Lian. Sudah waktunya bagimu untuk berhenti. ( terengah, mengeluarkan buku catatan kelam Lian ) Aku tahu semuanya, Kisa sudah memberitahuku hingga ke akar-akarnya. Lian, tidak baik menjadi tama' seperti itu. Cantik itu apa adanya, kamu tidak perlu melakukan hal semacam itu agar kamu menjadi cantik ( menghelah nafas kasar. Mendekati Lian ( jongkok / duduk / apapun itu) ) Untuk menjadi cantik, jadilah dirimu sendiri. Jadilah Lian yang apa adanya. Bersikaplah layaknya Lian tanpa kepalsuan, tersenyumlah tanpa beban, jangan menjadi semenyedihkan ini
( Lian tersenyum miris dan menatap Dhika tak suka )
Lian Dia berjanji untuk tidak membunuhku. Dan dia mengirimu untuk membunuhku, sampah
Dhika : Tahan emosimu Lian! Kisa, temanmu, memintaku memberikan ini untukmu
( Dhika mengeluarkan sebuah selembar kertas berwarna merah mudah penuh akan tulisan Kisa. Lian menangis dalam diam, dan terus mendesis mersakan tubuhnya remuk perlahan )
Dhika : Biar aku bacakan, aku tahu kamu tidak sanggup melakukan apa-apa lagi
Kisa : Untuk temanku, Lian
Terima kasih sudah menjadi teman hidup seorang Alkisah selama hampir tujuh tahun. Sungguh, aku benar-benar berterima kasih kepadamu karena telah membiarkan gadis tidak punya apa-apa sepertiku menjadi salah satu teman dekatmu.
Kisa, teman adalah teman. Kamu sudah kuanggap seperti saudaraku tapi memang keadaan tidak pernah berpihak baik pada kita. Yang aku lakukan untukmu itu salah, seharusnya dari awal aku menghentikanmu Lian. Maaf, karena aku harus menghentikanmu saat sudah terlalu terlambat. Mari bergabung denganku, aku tau tidak ada orang lain yang akan menganggapmu ada lagi selain aku.
Belajarlah melihat hal-hal sederhana di sekitarmu. Ada begitu banyak kebahagiaan yang bisa kamu dapatkan selain dengan cara salah seperti sekarang ini. Tapi tak apa, toh kamu juga menjadi sadar, bahwa yang lakukan selama ini salah.
Bergabunglah denganku, Lian. Akan sangat menyedihkan jika kamu tetap hidup dan sengsara di dunia ini.
Datanglah, akan kusambut kau dengan pelukan hangat disini
Kisa ( Hanya suara )
( Selesai mendengar surat Kisa yang Dhika bacakan, Lian terpejam erat. Badannya terbujur kaku dengan tangan terkepal tepat di atas dadanya. Tidak ada senyum di raut wajahnya, hanya ada air mata yang mengering di pelupuk kedua matanya. Dara yang mengintip dari balik pintu mengis menjerit. Dhika meneteskan air mata )
SKRIP TERAKHIR
EPILOG : THE THEORY
Author : Selamat malam. Dan selamat, karena kamu semua telah menguras imajinasi untuk membaca 1 dari jutaan buku yang telah kami tulis dan ungkap pada detik ini.
Ah, apa kamu sudah paham dengan apa yang telah kami suguhkan di atas? Paham akan apa yang telah terjadi ataukah kalian merasa sedikit ada yang mengganjal? Jika kalian merasa begitu, maka halaman ini akan menceritakan apa saja yang telah terjadi pada mereka tanpa ditutup-tutupi lagi.
Ditutup-tutupi?
Yah, kami telah banyak menutupi fakta menarik yang sangat tidak baik jika kalian lewatkan begitu saja. Tidakkah kalian merasa penasaran tentang siapa itu Lian? Tentang bagaimana Ares bisa mengerti itu semua? Kisa yang rela melakukan hal kotor? Dhika yang tiba-tiba saja muncul? Gia yang menghilang dan Milly yang meninggal?
Tidakkah pertanyaan itu yang menghantui kalian selama ini? Hahahaaaa, maaf tapi itu sungguh menyenangkan. Membuat kalian bertanya-tanya tentang dunia macam apa yang telah kami suguhkan pada kalian kali ini. Baiklah, mari aku -sang dewa pada dunia ini menjelaskan semuanya secara gamblang dan jelas.
Tapi ingat 1 hal, jangan menyangkal apapun yang aku informasikan, karena ini adalah rahasia duniaku.
Cerita ini terinspirasi dari Elizabeth Báthory dan angka 4 yang merupakan angka kematian.
Elizabeth Báthory, adalah countess Hungaria dari keluarga Báthory. Keluarga ini diingat untuk pertahanan melawan Utsmaniyah. Ia terkenal sebagai pembunuh berantai dalam sejarah Hungaria dan Slowakia dan diingat sebagai Wanita Berdarah Csejte.
....
Lian mempercayai apa yang dilakukan oleh Elizabeth Bathory benar adanya. Berkat penelitian pada saat kelas English Culture dan ia malah menemukan nama Elizabeth pada salah satu situs, mencari dan mendalaminya, hingga mencari segala informasi dalam dark web, dan menemukan banyak Elizabeth Bathory lain di dalam sana. Mengemukakan apa yang ia yakini itu benar adanya.
Lian memulai semua itu sejak lama, sejak SMA dimana ia mendapatkan tugas dengan korban pertama adalah teman sekelasnya sendiri.
( cuplikan saat Lian menemukan artikel dalam dark web )
....
Pembunuhan yang terjadi di hari setelah event Halloween bukanlah kebetulan belaka, Hal itu jelas telah disusun rapi oleh Lian dan tangan kanannya, Kisa. Memberi aba-aba pada gadis bernama Kisa untuk membunuh dan mendapatkan darah si korban yang sedang berjaga di kamar mandi sedang ia sendiri -Lian-membuka portal perjanjian pada iblis, lagi.
( cuplikan saat Kisa membunuh )
Kenapa korban tidak di temukan pada saat malam helloween padahal Kisa membunuh korban di tempat? Karena iblis telah membantu setiap hal yang mereka lakukan.
( cuplikan saat Lian bersetatap dengan sosok di kamar mandi dan tersenyum samar )
Begitu juga Milly, korban kedua Lian setelah panitia, dengan bantuan iblis pula yang menutupi segala hal dan kemungkinan buruk untuk ketahuan.
( cuplikan saat Kisa membunuh Milly dengan sosok yang mengawasinya di sudut kamar )
....
Kisa? Bagaimana bisa dia menjadi kaki tangan seorang Lian?
Tau friend with benefit? Yah begitulah mereka. Simbiosis mutualisme yang sangat ketara di antara Lian yang mengancam Kisa dengan hidup seluruh anggota keluarganya yang berada ditangan Lian, bagaimana bisa? Oh ayolah. Ayah Lian seoarang pengusaha kaya raya dengan Ayah Kisa sebagai karyawan biasa disana. Ibunya sakit-sakitan dan masih ada 2 adiknya yang terlalu kecil untuk mengenal kata upah dan mereka semua ditanggung Lian asalkan Kisa mau menuruti semua yang ia perlukan, termasuk membunuh korbannya. Singkatnya, Lian mengancam akan memecat Ayah Kisa serta membunuh seluruh anggota keluarganya begitu saja. Caranya? Tanyakan pada otak iblis Lian.
....
( cuplikan saat pertama kali Kisa dan Lian bertemu. )
Gia?
Gia stress, ia memutuskan untuk vakum kuliah agar tidak semakin tertekan akan kematian Milly yang jelas bukan ia pelakunya. Tapi rasa bersalah menggerogoti setiap detik jantungnya berdetak. Memaksa otaknya untuk menyalahkan diri sendiri hingga tak terkira, membuat trauma tersendiri akan universitas dan manusia.
( cuplikan Gia yang berada di RSJ khusus dengan tatapan kosong )
...
Mengapa Ares bisa tau semuanya? Dan Dhika muncul tiba-tiba?
Dhika adalah Ares, dan Ares adalah Dhika.
Semua cerita yang ada, dari chapter 1-8 hanyalah delusi yang dibuat Lian agar terlihat dialah korban pada kasusnya sendiri. Menyalahkan Dhika sebagai saksi kunci dan membuat peran lain bernama Ares yang hanyalah khayalan kosong belaka, Ares tidak nyata. Kalian harus paham itu.
( cuplikan kemiripan Ares dan Dhika )
Mengapa yang lain bisa melihat Ares? Tak sadarkah kalian bahwa selama ini hanya membaca setiap cerita dari sudut pandang seorang Lian saja?
( cuplikan saat Lian, Kisa bercengkrama )
Lalu mengapa ada chapter seolah Gia mengobrol dan tertekan oleh Ares? Ares adalah ilusi, bukan Ares yang memaki Gia. Melainkan Gia sendirilah yang memaki dirinya. Mengasumsikan segala kesalahan hanya padanya, menghakimi dirinya sendiri dan gila sediri.
( cuplikan saat Gia hanay mengobrol sendirian )
Jadi, Ares itu? Salah satu bentuk ilusi semata.
...
Bagaimana Dhika bisa mengetahui semuanya?
Argumen Dhika soal Lian yang memencet tombol 4 sebanyak 4 kali pada lift itu benar adanya. Lian melakukan dan Dhika melihatnya, menyampaikan aspirasinya namun ditolak mentah-mentah oleh Lian. Dan sekali lagi Lian menang, karena iblis berpihak padanya.
( cuplikan saat Dhika berada di pos panitia di lantain 4 dan menatap Lian keluar dari sana )
Dan mengapa Dhika bisa berasumsi sedetail itu akan Lian? Awalnya ia hanya menebak hingga ia mendapatkan jawaban pasti dari mulut Kisa, mendapatkan alasan mengapa dan bagaimana bisa Lian melakukan itu dan bagaimana mengatasinya.
Pada chapter terakhir alasan mengapa Dhika bisa mengetahui Dara adalah korban selanjutnya adalah karena Kisa. Gadis itu menjelaskan detail apa saja yang akan ia lakukan bersama Lian, apa saja terkait Lian, korban, serta ritual anehnya. Dan Dhika sadar, ia bisa mengakhirinya sendiri. Semua itu tertera pada buku Lian yang Kisa bawa saat bertemu Dhika, alasannya? Kisa hanya ingin mengembalikan buku tersebut pada pemiliknya, Lian.
( cuplikan di café saat Kisa memberi buku pada Dhika )
Tentang Lian yang bisa tau Kisa bersama Dhika itu dari ponsel Kisa yang ia sadap. Keren bukan?
Lian busuk? Oh tentu saja!
Aku rasa penjelasan ini lebih dari cukup. Karena rahasia negaraku tidak bisa aku beri kepada kalian secara percuma.
Sampai disini
Adakah lagi pertanyaan yang membuat ubun-ubun kalian terbakar?
Penulis : Semesta_
Genre : Psychology Horror
Rating : General
Sinopsis
Lian, gadis yang dunianya tiba-tiba berubah semenjak mengikuti sebuah event dikampusnya. Kematian panitia, pingsannya dia saat lomba, dan bayangan yang kerap menyapanya seolah saling berhubungan.
Haruskah Lian mengiyakan teori Ares, atau semua hanyalah kebetulan saja?
SKRIP 1
HALLOWEEN
Tempat : Lapangan, Lantai 5, Ruang kelas
( Acara Halloween berjalan seperti rencana, hingga acara puncak permainan pencarian bendera dimulai )
(Bagus mengantarkan Lian masuk ke dalam lift hingga ke arena permainan (lantai 5) dengan pakaian jas pelayan era 90-an)
Bagas : Mari ku jelaskan sekali lagi (membawa lian keluar dari lift dan membiarkan lift tertutup . Tidak ada yang namanya acara menakut nakuti di area ruang kosong ini. Yang harus kau lakukan hanyalah mencari bendera yang sudah kami sebar di sekitar sini.
(Lian menganggukkan kepala)
Bagas : Bendera terakhir ada di kelas paling pojok, setelah mengambil bendera jangan lupa untuk menekan tombol mrah pada ponsel di depan bendera, karena panitia berada di lantai 3 akan menjemputmu dan kalian akan turun lewat portal itu. (menunjuk tangga). Selamat bersenang-senang nona.
(Bagas meninggalkan lantai 5 menggunakan lift)
Lian : okay, mari segera kita tuntaskan permainan konyol ini.
(Lian menghela nafas dan menelusuri setiap ruangan untuk menemukan bendera, Lian mengecek
dibawah lipatan kursi uang dan menemukan bendera)
Lian : Aha! Dapat kau! Tunggu saja, aku pasti mendapatkan empat yang lainnya, sesegera mungkin.
(Lian masih mencari bendera lain di sekitar lipatan kursi. Dengan keberanian diatas rata-rata,
Lian memasuki ruangan paling pojok melewati lorong, namun langkahnya terhenti ketika
hembusan angin menerpa wajahnya)
Lian : Tahan, tahan!! Itu hanya angin, tidak lebih. Jangan takut, jangan terkecoh. Lagipula pria tadi sudah jelas mengatakan tidak akan ada acara menakut-nakuti.
[ sfx : langkah kaki]
(Lian membuka pintu kelas sehingga mengelurakan suara decitan. Lian juga menemukan
bendera terakhir dan sebuah ponsel di seberang pintu. Lian mendekati meja dengan penuh
umpatan, tangannya menggenggam erat bendera sudah ia kumpulkan, dan di ujung sana tepat
menghadap keluar jendela, ia menemukan hantu. Hantu tersebut menolehkan pandangannya pada
Lian namun ia hiraukan, ia tetap berjalan mendekati meja hingga akhirnya sosok itu
mendekatinya, lalu gelap)
Tempat : Kamar Lian
( Lian terbangun akibat dering ponsel)
Lian : Sebentar, apa aku sedang mengalami mimpi buruk?
( Lian mengecek ponselnya dan segera bergegas ke kamar mandi)
Tempat : Ruang kelas
(Lian menatap kosong bekal roti bakar buatan ibu kosnya. Mengingat kejadian semalam dengan atensi terkunci pada roti bakar)
Lian :Siapa dia yang berhasil menciptakan senyum mengerikan dan tidak bisa ku lupakan samapai saat ini?ataukah, dia bukan panitia?hantukah? tapi itu tidak mungkin. Aku percaya hantu, tapi tidak mungkin ada hantu hungaria yang tiba-tiba bias berada di Indonesia Raya tercinta ini.
Lian : Sangat tidak masuk akal (sambil menopang dagu)
(teman sebangku Lian menoleh dan menatapnya bingung, Lian membalasnya dengan senyum)
[ sfx: pintu dibuka]
(Semua atensi kelas menatap pak darsono. Kelas menjadi tenang.
Pembelajaran seperti biasa)
[ sfx : Suara notifikasi pesan]
( Lian mengecek pesan yang dikirim oleh pak penjaga)
Lian : AAAHHHH!!!! (berteriak) ada apa ini sebenarnya?
SKRIP 2
THE BLOOD
Tempat : Ruang kelas
Lian : AAAHHHH!!!! (berteriak, melempar ponsel kaget)
{Flashback}
Ruang tempat berburu bendera, lantai 5
(berdiri dengan tatapan kosong)
Lian : F401?
(Lian tersadar, kemudian mengerjapkan mata beberapa kali)
Kisa : Ada apa sih, sampai teriak sebegitu kencangnya?(tatapan menyelidik)
Lian : Aku? Berteriak? (kaget)
(Kisa mengamati wajah Lian, namun Lian mengacuhkan Kisa dan memilih membuka ponselnya)
Lian : “Anjir!!”(Berteriak kaget)
(Semua atensi anak dalam kelas tersita pada Lian, bertanya Tanya mengapa Lian berteriak)
Ares : Ada apa sih, yan? (menatap malas Lian sambil melepas kabel earphone yang terpasang di telinganya)
Milly : Kenapa yan? Ada apa? Jangan diam aja lah! Kamu gak lagi kebelet poopkan? (bertanya tanpa jeda tanda khawatir)
Lian : Enngg, Anu.. (kikuk)
Gia : Jangan ambigu deh, buruan ngomong sebelum kita mati penasaran!(Setengah menyentak)
Lian : Jadi.. (setengah takut menyodorkan pesan pak penjaga kepada anak-anak)
Milly : Hah?? Serius kamu?? Masa iya ada mahasiswi meninggal di kampus kita sih??Gak banget deh! (menyergah Lian dan mengembalikan ponsel Lian)
Lian : Aku juga nggak tahu, Mil, Aku belum pstikan dengan mata kepala aku sendiri. Tapi kurasa ini benar, lagipula kenapa nbisa tukang penjaga sekolah boongin aku? (menjelaskan ragu)
(Ares memiringkan bangkunya, merebut ponsel Lian dan membaca pesan pak penjaga, kemudian matanya membola, kaget)
Ares : Lian tidak membual, pesan penjaga dan mahasiswi itu benar. (pandangan kebingungan)
(Milly meraih kembali ponsel Lian dari Ares, kemudian melotot tidak percaya)
Lian : hmm, bagaimana kalau kita datang mengeceknya saja? Kurasa itu hal yang benar untuk dilakukan (Bertanya ragu)
Milly : Benar juga, mari kita lihat saja kebenarannya.
(Lian dan yang lainnya menuju kamar mandi ujung lantai 5)
(Lian dan teman-temannya tersentak kaget saat melihat seorang mayat tergeletak di depan pintu kamar mandi dengan dua orang berslontong putih di depannya)
Lian : Hey, Siapa wanita pucat dengan dress semi floral itu? Bagaimana bisa dia ada disana? Kenapa dia tersenyum kepadaku? (Lian memijat pelipisnya ringan, kemudian bersama temannya yang lain menuju wastra)
Milly : hei, menurutmu bagaimana bisa gadis itu meninggal begitu saja di kamar mandi? Bukankah itu sangat janggal? (Melahap pentol besar berlumuran saos kedalam mulutnya)
Lian : Kalau menurutku sih, itu nggak mungkin banget. Kayaknya dia habis di aniaya deh. (Lian dengan sok tahunya, sambil mengocok sekotak susu coklat di tangannya)
(Hening, semua sibuk dengan aktivitasnya. Milly dengan pentol penuh saos, kisa dengan telur gorengnya, dan Lian dengan sekotak susu coklat yang makin terus dikocok)
Ares : Tapi, apakah kalian memikirkan hal yang sama denganku? (datang dengan membawa senampan penuh makanan dengan raut wajah berpikir, kemudian duduk di samping milly)
(Semuanya menatap ares penuh selidik)
Ares : Ada apa? (setengah melotot kasar)
(Milly berdehem kemudian menatap tajam mata ares)
Ares : aku mendengar lantai 5 sudah di booking panitia Halloween untuk acara semalam, dan aku dengar mahasiswi itu salah satu panitianya. Kalian tahu, kan bahwa acara semalam menyebabkan teman kita tercinta ini pingsan saat melaksanakan salah satu acaranya? (gestur menunjuk Lian)
(Lian, Kisa, dan Milly mengangguk setuju)
Kisa : Terus?
Ares : aku dengar saat acara selesai dan semua tim panitia menyusuri tempat di lantai 5, mereka tidak menemukan keanehan sedikitpun. Tapi, saat si penjaga ini ingin membersihkan kamar mandi di lantai lima, ia menemukan mayat. Mungkinah ini semua saling berhubungan? Dengan pingsannya Lian, kematian panitia, dan Halloween?
Milly : Bagaimana mungkin, jangan mengada-ada ar, ini tidak lucu! (nada setengah tinggi)
(Ares menghembuskan napas kasar sambil menutup matanya)
Ares : menurutrmu berapa kali kita mengadakan event ini dan berjalan mulus tanpa adanya lomba tak masuk akal seperti kemarin malam?
(Lian melamun)
Lian : jika memang ini tidak ada hubungannya dengan Halloween mengapa aku menjumpai wanita dengan senyum yang identic?tapi jika memang itu adalah wanita sungguhan, mengapa senyumnya nampak kaku? Sejenis senyuman kaku pada kulit yang sudah tua. Tapi, kenapa aku hanya dapat melihat jelas senyumnya?
Lian : Apa kalian melihat orang lain dalam kamar mandi lantai lima tadi? (bertanya dengan nada takut)
Kisa : Maksudmu? (menyelidik)
Milly : Lian, apa maksudmu dengan orang lain? (menyelidik)
Lian : Ah, nggak, nggak, aku cuman berhalusinasi, mungkin hehe (menyengir kaku)
Ares : Atau… mungkin ini pertanda buruk untukmu Lian. (berkata dengan tenang)
(Senyum Lian luntur begitu mendengar ucapan Ares)
SKRIP 3
The Swash-blucker
Tempat : kantin
( Lamunan Lian buyar saat Kisa menepuk bahunya dan bingung. Ares memberi isyarat untuk pergi Ares dengan berdiri dan memasukan beberapa makanan ringan pada sisi jaket kulit kumalnya. Di sambung dengan Milly yang ikut berdiri dan Kisa yang masih menatap ku seolah Lian )
Lian : Loh? Udahan? ( menatap bingung kawannya) . Sebentar, bukannya kita barusan duduk di kantin dan menikmati makanan masing-masing? Perasaanku, kami baru menghabisakan waktu beberapa menit saja dari dua jam waktu istirahat kami hari ini.
Milly : Jangan bercanda Lian. Kita sudah di sini selama satu setengah jam dan kamu menanyakan hal seperti itu? (menghelah nafas)
( Ares yang tersenyum kecil. )
LIan : Loh? Berarti aku menghabiskan waktu hampir sejam hanya untuk mengkhayal sesuatu yang tidak mungkin? Astaga Lian.
Milly : Ayo! Kamu mau tunggu apa lagi Lian?! ( menyentak dengan tatapan lelah )
( Milly berjalan mendahului Ares dan Kisa yang masih setia menunggu Lian menghabiskan setengah gelas susu cokelat. Lalu mereka berjalan memasuki gedung setelah Lian menghabiskan susu coklatnya, menuju kelas )
Tempat : Lorong, Depan kelas (sedikit kedap suara)
( kelas ramai dan heboh terdengar hingga luar kelas. Mengintip dari balik jendela,Lian menatap siluet Milly yang sedang berorasi)
Kisa : Seperti ada yang sedang berorasi ( berdiri disamping ares yang berada tepat di depan pintu.)
( Ares membuka kenop pintu dan membuat kami menjadi pusat perhatian seluruh kelas )
Kisa : Milly?
Lian : Bukankah itu Milly?
Milly : Nah! Akhirnya kamu datang juga Ares ( sedikit berteriak karena semangat)
( Lian melirik Ares yang menganga dan bingung)
Dodi : Apakah yang dikatan Milly itu benar, Res?
Vita : Aku yakin Ares hanya mengada-ada. Tidak mungkin hal itu terjadi!
Gia : Ares, katakan sesuatu!
Ilham : Apa kau ada dendam tersendiri karena tahun ini tidak terpilih menjadi ketua panita Hallowen?
( Lian mengeryit heran. Lian dan gadis itu terlihat sama bingungnya dengan tatapan tajam yang
ditujukan pada Milly. Ares menghembuskan nafas kasar dengan gengaman tangan pada kenop
pintu yang sedikit mengendor. )
Ares : Apakah sudah ku peringatkan untuk tidak memikirkan hal yang tidak mungkin, Milly
( pandangan satu kelas berpidah saling menatap Milly dengan tatapan tak suka )
Ares : Berhentilah untuk mengatakan sebelum membuktikannya sendiri
( Ares, Kisa dan Lian Keluar dari kelas dengan Ares yang menutup pintu dan menyeringai kecil )
SKRIP 4
The Eavesdropper
Tempat : Kantin
Lian : Apakah Ares gila? Apa tadi dia bilang? Membuktikannya sendiri? Dan apa-apaan seringai tadi? ( menghembuskan nafas kasar didepan soto)
( Ares tersenyum dengan memisahkan kulit dari daging ayam,Lian menatap Ares )
Lian : Si penganut kulit ayam harus dimakan belakangan (dengan nada mengejek)
Kisa : Lian? Ada apa? ( menatap Lian bingung, dengan tangan gesture melambai di depan wajah Lian)
Lian : Hah? Kenapa?
Ares : Kau menatapku dengan pandangan sedikit... menyelidik
Lian : Sebentar, apa tadi katanya? Aku menatapnya? Ehh?! Aku melamun dengan menatap Ares?
Ares : Apa yang sedang beradu di dalam tempurung kepalamu itu, Lian? ( menatap Lian nyalang masih dengan intonasi yang sama.
( Kisa sibuk dengan ponselnya. Lian berdehem )
Lian : Sebernarnya apa yang kau sembunyikan, Ares? ( menatap Ares lamat )
( Ares menunjukan seringai )
Tempat : Ruang Kelas
( Riuh umpatan, makian serta pertanyaan menusuk terlontar sesaat setalah pintu kelas tertutup. Milly kecewa atas ucapan Ares . Hinaan dan cacian tak masuk akal dari api yang tak pernah puas untuk membuatnya meledak, Gia. )
Milly : Aku menatap nanar kepergian dosen wali dengan kabar baik yang telah meninggalkan kelas ini kosong bersamaku. Memang, semua bangku didepanku ini kosong tak berpenghuni. Tapi lihatlah seberapa besar pengaruh cacian yang mereka lontarkan sebelum dosen wali kami datang untuk mengabarkan bahwa kelas kami akan diganti esok.
Kaki bergetar, rasanya aku telah melakukan dosa besar pada dunia. Hawa tubuhku memanas dan entah perintah dari siapa air mataku mengalir tanpa suara isak mengiringi.
Mereka--teman sekelasku kecuali Gia--tak akan pernah seanarkis itu dalam mengolok seseorang jika bukan dia--Gia--telah mematiknya terlebih dahulu.
Berusaha mengobarkan api tinggi-tinggi agar aku semakin meledak dan ikut terbakar. Dia memang seperti itu. Memendam dendam tersendiri untuk sesuatu yang tak pernah aku lakukan.
Bahkan ia sempat hampir mendorongku dari lantai tertinggi gedung universitas kami hanya karena file presentasi yang tak sengaja terhapus saat aku meminjam laptop kesayangannya. Tapi aku tau, bukan file yang membuatnya memiliki dendam kesumat terhadapku.
Persetan dengan Gia dan segala ocehan tidak menariknya. Aku berusaha bangkit di antara kaki yang bergetar hebat, menghapus air mataku kasar dan bertekat untuk menyelidiki ini semua.
Membuktikan sendiri atas apa yang telah disimpulkan oleh Ares, membuktikan bahwa aku bukan pembual ulung yang harus menerima cacian mengerikan mereka.
SKRIP 5
Meeting
Tempat : Omah Sastra
( beberapa orang sedang melakukan rapat. Duduk di lantai dengan satu orang berada di depan mereka )
Destra : Baiklah, karena menunggu itu menyakitkan, mari kita mulai dulu evaluasinya. Yang lain akan segera berkumpul sesegera mungkin ( berdiri, bersandar pada tembok ) Mulai dari seksi acara, silakan ( menunjuk Kikan menggunakan dagu )
Kikan : Ya, jadi acara kita satu minggu yang lalu bisa dikatakan hanya 65% sukses, dan sisanya gagal. Semua rundown berjalan sebagaimana mestinya, semua stan food juga ludes terjual, pengunjung cukup terhibur, dan satu-satunya masalah hanya terletak pada gamenya ( memegang kertas dan membaca isi kertas)
Bayu : Harusnya, ini hanya games biasa sebagai pertanda kita merayakan Halloween. Harusnya, semua bisa berjalan sesuai rencana karena memang games ini dirancang tidak berbahaya. Namun, tetap saja... Selalu tampak kecacatan setelah semuanya terjadi. Pingsannya Lian sudah cukup membuktikan bahwa games ini tidak berhasil kita bawakan dengan baik ( mengipasi didi dengan kardus aqua )
( Kikan mengangguk setuju. Dika menggunakan kaos hitam masuk dengan setengah berlari, di lemparnya asal tas yang dia bawa kemudian duduk di sembarang tempat sambil meneguk segelas air mineral )
Dhika : Lanjutkan
( seluruh atensi kelas beralih padanya )
( Destra menghelah nafas panjang, lalu mengalihkan pandangan ke seluruh ruangan )
Destra : Benar, dari segi acara, semuanya memang berjalan dengan baik kecuali satu hal: games rumah hantu. tetapi, tidak apa. Kesalahan muncul agar kita bisa memperbaikinya. Ini menjadi PR buat kita supaya project kedepannya bisa berjalan lancar tanpa cacat . Ah, ya, aku ingin mendengar hasil dari keamanan ( menatap Dhika yang mengipasi wajahnya dengan buku ) Dhika, kau satu-satunya seksi keamanan di sini. Ucapkan hasil evaluasimu"
Tempat : Kumbang ( tapi disini kita pakai ukm sahabat sastra ) , depan omah sastra
( Milly tertidur di sekret kumbang lalu mengecek jam tangannya, menghelah nafas lalu merapikan tasnya dan keluar dari sekret. Saat keluar dari secret ia mendengar suara dari aeah Omah sastra, jongkok di depan jendela dan mulai menguping dan tersenyum. )
Dhika : Hngg, aku mau bilang sesuatu, tetapi dengan syarat kalian harus percaya padaku ( berdiri di samping destra dengan wajah serius )
Kinkan : Apa
Dhika : Sebenarnya, waktu itu aku merasa ada yang aneh dengan salah satu peserta kita. Satu dari mereka ada yang benar-benar membuatku gagal untuk mempercayainya, bahkan
Kiko : Siapa? Si gadis terakhir itu? Siapa namanya? Aahh Lian, bukan? ( memotong ucapan Dhika )
( Dhika mengangguk )
Dhika : Kalian tahu, aku bagian dari seksi keamanan, kan? waktu itu aku mengamatinya dalam lift yang akan membawanya turun. Wajarnya, semua orang akan langsung menekan angka satu untuk membawanya kembali pada venue hallooween yang kita adakan. Anehnya, dia malah menekan angka empat
Nina : Empat? Bukannya liftnya tidak akan berfungsi pada lantai genap? mengapa dia melakukan tindakan bodoh semacam itu? ( memasang wajah bingung )
Dhika : Logisnya seperti itu. Dan, kalian tahu hal yang lebih menganehkan? Lian menekan angka empat sebanyak empat kali ( wajahnya kembali serius )
Tian : Memangnya mengapa? Ada apa dengan empat kali?".
Dion : Angka empat merupakan pertanda kematian dalam kepercayaan China, bung, jika kau tidak tahu ( menyahut dengan wajah datar )
Destra : Tunggu, maksudmu, Lian dengan sengaja menekan angka empat padahal liftnya tidak akan berfungsi, begitu?
( Dhika mengangguk yakin)
Dhika : Anehnya, liftnya dapat terbuka dan dia bisa keluar dari sana
( semua atensi seluruh ruangan memandang Dhika antara percaya dan tidak )
Indira : Wow, benar-benar berita besar
Divi : Tidakkah kau berpikir hal ini terlalu jauh? Maksudku, bagaimana bisa gadis biasa seperti Lian tiba-tiba dengan sengaja melakukan itu? ( sedikit ragu )
Dhika : Maksudmu, aku berbohong? Apa aku sedang terlihat tidak serius, sekarang ( nadanya meninggi dengan raut wajah geram )
( Dhika menghelah nafas panjang, mengelurkan ponsel dari saku celananya )
Aku punya bukti berupa rekam cctv yang sempat kita pasang di dalam lift, jika kalian ingin melihatnya" Dhika memasang kembali raut wajah seriusnya diikuti dengan tangannya yang terulur menunjukkan video berdurasi pendek sekitar tiga sampai empat menit dengan Lian di dalamnya.
( semua orang dalam sekret mencoba menonton video dari ponsel Dhika )
Candra : Oh, ayolah! Ini sudah 2019 dan kita masih mempercayai hal semacam itu? Kita sudah tidak hidup di zaman nenek moyang, bung! ( kesal )
Kinkan : Daripada kita penasaran, bukankah lebih baik jika kita bertanya langsung kepada orangnya? ( menyahut setelah selesai menonton video yang diberikan Dhika )
Destra : Nah, benar kata Kikan. Tidak adil jika kita hanya mendengarkan Dhika, tanpa melihat dari sisi Lian. Oke, pastikan Lian dapat bergabung dengan evaluasi kita esok hari
Tempat : Jalan ( menuju kostnya Milly )
( Milly tersenyum kemenangan setelah menguping dari balik jendela Omah Sastra, mengingat semua ucapan yang ia dengar dengan jelas di dalam otaknya dan tersenyum terus menerus. )
--------Sampai di daerah dekat kostnya------
Kisa : Hahaha, iya, aku tadi juga lihat meme itu dari twitter
( Milly mendongak dan melihat Lian dan Kisa yang sedang memakan ice cream dan tertawa sambil berfokus pada ponsel. )
Milly : Jika yang dikatakan Dhika tadi benar, maka aku hanya tinggal mengkonfirmasinya kepada Lian, bukan?
( Milly menghampiri mereka )
Milly : Lian, Kisa!" ( Lian dan Kisa menoleh kaget, Milly tersenyum ) Lian, ada yang harus ku tanyakan padamu. Bisakah kau mengikutiku sebentar?
SKRIP 6
SCAPEGOAT
Tempat: Taman, sore hari
(Milly dan Lian bertemu untuk membahas sesuatu)
Milly: Lian, kamu mendengarkanku dengan baik, kan? (Mengguncang pelan tubuh Lian).
Lian: Huh, iya?(Memasang wajah sepolos mungkin, berlagak seolah tidak mengerti apa yang sedang Milly ucapkan)
Milly: Susah emang ngomong sama anak yang suka ngelamun (menyentakpongah, namun tetap menjelaskan lagi maksud pertanyaan yang dia beri pada Lian setelah satu helaan napas panjang keluar dari mulutnya)
Milly: Lian, kamu percaya ngga, kalau empat itu angka kematian? (tampang serius)
kematian?
Lian: "Tunggu, Milly. Apa maksud ucapanmu?" (setengah melotot terkaget)
Milly: Aku serius, Lian. Kamu percaya apa nggak? (menatap lurus Lian)
Tempat: Taman, sore hari
Milly: Haruskah ku tanyakan pada Lian sekarang? Haruskah aku hanya akan menyimpannya sendiri? Atau, apakah lebih baik bagiku jika menanyakannya pada Lian di depan kelas bersama anak-anak besok? Ah, tetapi jika seperti itu caranya Lian mungkin tidak akan mau berkompromi untuk berkata jujur. Eh, tetapi kan Lian juga terlalu tidak mungkin melakukan hal-hal semacam yang Dhika sebutkan tadi? Duh, pusing deh kepala Milly!
(Milly mengambil napas besar, menghelanya kasar kemudian mengangguk yakin)
Milly: Baiklah Milly, Sekarang atau tidak sama sekali.
Milly: Jadi gini, aku tadi pas beres kuliah kan nggak langsung pulang, tapi mampir dulu di rumah kumbang. Nah, kebetulan sekali aku baru mau pulang jam satuan gitu. Terus, pas aku pulang kan aku ngelewatin rumah sastra, Nah di sana lagi pada rame gitu bahas tentang evaluasi event Halloween minggu lalu" (sambil menatap Lian lamat)
Milly: Karena aku penasaran sama hasil evaluasinya, jadilah aku ngedengerin sedikit apa yang sedang mereka bahas. Kamu tahu Dhika kan? dia mengucapkan sesuatu yang membuatku terkejut setengah mati. aku sampai bingung harus berkata apa untuk menjelaskannya.
Lian: Dhika?kakak panitia yang bagian keliling ngawasin itu? (bertanya memastikan)
(Milly mengangguk pasti)
Milly: Sebelum aku lanjutin, kamu janji dulu ke aku ya, nggak bakalan marah? (menatap serius)
Lian: Iya aku janji (mengangguk tenang)
Milly: Dhika bilang dia merhatiin kamu pas lagi di dalam lift lewat cctv yang sudah mereka pasang sebelumnya. Dia ngelihat kamu nekan angka empat di tombol lift, disaat seharusnya lantai satu yang jadi tujuan kamu. Dia juga bilang kamu nekan angka empat nggak cuman sekali saja, tetapi sampai genap empat kali. Dia bilang kalau kamu aneh. (berkata dengan hati-hati dan menatap mata Lian)
Lian: Milly? (nada memaggil)
Lian: Apakah aku tampak seperti orang yang akan melakukan hal-hal semacam itu? (menatap Milly sedih)
(Milly tertegun)
Milly: Tidak mungkin Lian melakukan hal-hal seperti yang telah dituturkan oleh Dhika saat evaluasi tadi.
(Milly menatap Lian sendu)
(Kisa datang menghampiri Lian dan Milly. Lian membisikkan sesuatu pada Kisa kemudian tersenyum penuh arti)
(Milly melihat senyum Lian kemudian menggigit bibirnya ragu, kemudian menggeleng lemah dan pergi menonggalkan Lian dan Kisa)
Tempat: Rumah Sastra
(Pintu terbuka, hening. Seluruh perhatian mengarah pada Lian, si pembuka pintu. Lian mengedarkan atensi hingga ke sudut ruangan, Hingga tepat diujung sana, seorang lelaki dengan kaus hitam oblong dan jaket kain tersampir dipundak sedang melambaikan tangan ke arahnya. Senyum hangatnya menyapa, bersamaan dengan sapuan jemari menyugar rambut hitam klimisnya kebelakang saat Lian berhasil duduk berhadapan dengannya)
(Atmosfer teramat sangat panas, ruangan yang mungkin tidak lebih dari 3x4 meter ini tidak memiliki ventilasi—walaupun kipas angin sudah bertugas dengan benar. Banyak dari mereka yang menjadikan buku, alas gambar dan kardus untuk memberikan mereka oksigen lebih)
(Kak Reno menghela napas kecil sebelum mengawali kalimatnya)
Ka Reno: Kami sedang melakukan evaluasi. Kamu tahu sendirikan kalau beberapa hari yang lalu ada mahasiswi yang mati di toilet?
(Lian mengangguk dengan antusias)
Kak Reno: Nah hari ini kami, selaku panita mau evaluasi ulang tentang itu semua, termasuk pingsannya kamu di event kami kemarin.Dan salah satu dari panitia kami menyatakan bahwa kamu menekan lift di angka 4 sebanyak 4 kali-
(Lian mengeryit bingung saat Kak Reno sedikit menjeda perkataanya dengan menghela napas sebelum tatapan setajam duri seolah menusuk tepat ke arahnya)
Kak Reno: Kami perlu penjelasmu, Lian
Lian: Itu tidak benar kak. Aku ingat kok kalau aku menekan lift pada lantai 3. Aku nggak segila itu untuk menekan lantai 4 yang jelas-jelas nggak berfungsi (nada meyakinkan)
Dhika: Mengakulah saja Lian, aku memiliki buktinya (menyahut malas)
Lian: Bukti apa yang mau kakak berikan kalau aku saja yakin hanya menekan lantai 3. Lagi pula saat itu aku juga bertemu dengan kakak itu! (nada setengah tinggi,sambil menunjuk sosok senior dengan perawakan besar yang sedang sibuk dengan makanannya di dekat pintu, membuatnya sedikit menoleh dan menganggukan kepalanya sekilas sebagai jawaban.
(Lian mengedarkan pandangannya ke seisi ruangan, menarik napas besar)
Lian: Tidak akan ku biarkan!
(Seseorang di antara mereka maju, membelah sedikit kerumunan yang memblokade jalannya menuju tempatku dan Kak Reno duduk. Menyodorkan ponselnya yang menayangkan sepenggal adegan dalam rekaman cctv, di mana Lian berada di dalam sana)
(Setelah rekaman cctv selesai Lian mendengus sebal)
Lian: Bagaimana bisa mereka bersihkukuh bahwa aku menekan angka empat sebanyak empat kali padahal tidak terlihat jelas? Maksudku, rekaman itu tidak menunjukkan bagaimana aku menekan tombol empat sebanyak empat kali!! Oke ini fitnah paling parah yang pernah aku terima.
Lian: Apa angka pada lift menunjukkan bahwa aku turun dilantai 4? Dan apakah aku menekan tombol angka 4 dalam rekaman cctv itu? (bertanya tenang, semua orang di dalam ruangan menatap Lian nyalang)
(Nada dering panggilan masuk memecah atmosfer suram di dalam ruangan. Berdiri dalam duduk sembari merongoh ponsel dalam saku jaket Lian berjalan mendekati pintu untuk menerima telepon)
Andi: “Milly meninggal yan. Dia meninggal di kamar kosnya beberapa menit yang lalu. Aku dikabari sama Mbak Lia yang kamarnya disamping Milly”
(Lian sedikit membalikkan badan dan menatap semua orang di dalam ruangan tepat dimata)
Lian: Carilah taktik baru jika ingin memfitnah seorang korban dari permainan yang kalian buat!terima kasih untuk mengundangku dan mengungkapkan kebohongan sendiri. (nada menyentak, kemudian pergin meninggalkan ruangan)
SKRIP 7
A BAD HAIR DAY
Tempat: Rumah Milly
(Lian meninggalkan rumah sastra dan bergegas ke rumah Milly. Sesampainya, Lian berhasil membelah kerumunan di depan, kemudian metutup rapat mulutnya kaget. Terlihat tubuh ringkih Milly dengan kedua tangan bersedekap diatas perutnya. Wajahnya pucat, matanya terpejam begitu erat. Yang lain juga menatap Milly sendu, tak tahu harus melakukan apa)
(Lian Berjongkok, mengusap rambut Milly, menatapnya sendu)
Andi: sudah Lian, biarkan Milly istirahat dengan tenang (menepuk pelan bahu Lian dengan sedikit membungkuk menghadap jasad Milly)
(Lian menghela napas panjang. Menatap sendu wajah ayu Milly yang telah terpejam cukup pucat)
Tempat: Kampus, ruang kelas.
(Lian mau tidak mau harus memasuki bangunan lima lantai dengan gontai, enggan untuk mengikuti kelas linguistic. Langkahnya terhenti saat berada tepat di depan pintu kelas. Terdengar riuh suara teman-temannya yang entah membahas apa. Setelah mengumpulkan niat di atas ubun ubun, Lian akhirnya menyentuh kenop pintu dan membukanya perlahan)
(Hening, semua atensi tertuju padanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena Lian hanya bersikap masa bodoh dan enggan bertanya apa yang sebenarnya terjadi)
Sarah: Hei, menurutmu jika Milly meninggal seperti itu, apakah itu wajar?
Luna: Maksudmu?
Agus: Milly bukanlah anak yang sakit-sakitan, ia juga tidak punya riwayat penyakit yang serius. Apa mungkin baginya meninggal secara mendadak seperti itu?
Luna: Benar juga, ku dengar kemarin orang yang terakhir ditemui Milly adalah Gia
Sarah: Gia? Bukankah mereka sudah lama tidak berteman lagi? Maksudku, sudah tidak sedekat dulu
Agus: Aku kemarin sempat bertanya pada pak satpam kos yang ditempati Milly, ia bilang kemarin sore Gia datang kesana
Nina: Astaga, tidak ku sangka Gia sebenci itu kepada Milly
Sarah: Apa yang telah Gia lakukan pada Milly? Aku benar-benar tidak tahu harus berkata apa lagi
Luna: Lian, bagaimana pendapatmu?
(Diam. Lian masih cukup berduka akan kepergian Milly dan tidak lagi sanggup menjawab cercaan pertanyaan yang teman-temannya lontarkan kepadanya)
(Seketika Gia datang, memakai setelan serba hitam pertanda ia yang paling kehilangan Milly. Tidak ada satupun suara menyambut kedatangannya. Gadis itu diam tak bergeming, menatap malas teman-temannya kemudian terduduk di bangku paling belakang. Teman-teman sekelas Gia? Mereka terdiam dan saling melempar pandang, beberapa menatap Gia dengan sinis. Gia yang tak tau apa-apa pun merasa bingung. Tanpa mengindahkan pandangan teman-teman, Gia memilih berdiri, keluar kelas dengan dalih mencari udara segar. Langkahnya terhenti ketika tiba-tiba ada yang menepuk bahu nya)
Agus: Aku tidak percaya kau akan melakukan ini Gi, Bahkan kamu sampai gelap mata dan tega membunuh Milly?"
(Gia tertegun sekaligus bingung)
Gia: Apa maksud perkataan mu? (nada tidak terima)
(Tatapan anak anak sekelas seketika terfokus pada Gia. Menghujani Gia dengan tatapan seolah menghakimi. Gia merasa tidak terima atas tuduhan yang diberikan kepadanya, tanpa sadar mulai meneteskan air mata. Lian yang tidak tega Gia dituduh, berusaha membelanya dan menenangkan Gia)
(Lian bangkit dari duduknya, mulai angkat bicara)
Lian: Ayolah, kalian jangan seperti itu. Semua tuduhan kalian tidak berdasar. Gia memang punya masalah dengan Milly, tetapi bukan berarti dia membunuhnya
(Dengan senyum kecut Gia menepuk sekilas pundak Lian dan melenggang pergi meninggalkan kelas. Walaupun sempat tertahan oleh Andi didepan kelas, ia tetap bersikeras untuk pergi)
(Kelas menjadi sangat kacau, tidak bisa terkendali sama sekali. Cacian yang sempat mereka utarakan untuk Milly kemarin, kini berputar balik menghujam Gia, menyerang gadis itu hingga ke dunia virtual dengan membumbukan foto kelas–dimana Milly dan Gia sempat tertawa bersama–dalam kecaman yang mereka kirimkan. Membunuh psikis seseorang atas kejahatan yang tidak ia lakukan)
Tempat: Taman terbengkalai tidak jauh dari kampus
Gia: Bagimana bisa mereka hanya mempertahankan satu sisi sudut pandang di antara milyaran sudut padang di dunia ini? Rasanya aku ingin berteriak untuk meminta keadilan pada tuhan.
Ares: Aku tau itu bukan kamu
(Gia mendongak untuk memastikan siapa pemilik suara yang berani sekali memasuki wilayah kekuasaan yang sempat aku buat bersama Milly)
Gia: Kejahatan apa sebenarnya yang pernah ku buat padamu Mil?
(Disana, tepat dibawah pohon mangga yang sudah lama tidak berbuah. Sosok Ares berdiri dengan salah satu earphone menyumpal telinga kanannya. Menatap lurus ke arah Gia sebelum tersenyum kecil dan melangkah maju)
Gia: Bagaimana bisa Ares menemukanku disini?
Ares: Mengikutimu, tentu saja (berdiri berhadapan dengan Gia)
Gia: Bagaimana kau yakin itu bukan aku? (memancing)
(Ares melepaskan kedua earphone dari telinganya. Tersenyum kecil lalu mengeluarkan coklat silverqueen dengan ukiran tangan Milly di pembungkus luar coklat yang dulu sempat ia beri pada Gia, dan Gia tolak.
Gia: Mengernyit bingung, bagaimana bisa benda ini–
Ares: Dari Milly untukmu. Aku menemukan coklat ini tertinggal di lokernya, di hari yang sama saat kamu memakinya waktu itu.
(Gia terdiam untuk beberapa detik. Mau tak mau ingatan buruk dimana aku memakinya menghantam dengan keras. Menjejalkan segala keburukan yang pernah ia lakukan pada gadis sebaik Milly, keburukan yang tak pernah ia duga akan membuatku terlihat menjadi penjahat ulung)
Ares: Bukankah kau pikir tuduhan ini memang pantas untuk semua kelakuan kasarmu padanya?
Gia: Tapi aku tidak membunuh– (mengelak)
Ares: Yah, kamu memang tidak pernah membunuh fisik Milly.Tapi kamu telah membunuh mentalnya. Pernahkah kamu berfikir berapa kali ia menangisi persahabatanya yang hancur hanya karena ke egoisanmu? Berapa kali ia menahan malu saat kamu mengejeknya di depan semua orang?"
Ares: Melukainya?
Ares: Membunuh mentalnya?
Ares: Membunuh kepercayaan dirinya?
Ares: Pikirkan ini baik-baik Gi, Apakah kau lebih baik dari sekedar pembunuh?
(Ares pergi meninggalkan Gia)
SKRIP 8
TO LOSE YOUR TOUCH
Tempat : Ruang Kelas
(Alkisah Fujia Suci, gadis dengan potongan rambut sebahu itu hanya menganggukkan kepala tanpa minat saat Pak Darsono memulai materi. Rasanya ia ingin segera keluar dari kelas dan menyusul Lian)
[sfx: bunyi notifikasi pesan]
'Ting! '
(Dengan sedikit ogah Kisa menggeser lockscreen langit, menekan pop up pesan dari nomor yang tidak dikenal)
(Pesan dari Dhika muncul, sedikit terheran, namun dengan secepat kilat Kisamembalasnya)
Kisa: Dhika, kakak tingkat yang sempat Lian ceritakan seusai kembali dari kediaman Milly. Kakak tingkat yang bersaksi bahwa ia melihat Lian dengan kedua matanya sendiri dengan bantuan kamera pengawas sedang menekan tombol angka 4 lift saat ia beraksi. Sedikit membuatku bingung, tapi apa salahnya untuk menemui?
(Menjelang siang, jalanan mulai ramai akan anak anak yang berhuru-hara. Kisa, dengan tangan penuh barang bawaan tergesa-gesa menyebrang padatnya jalan raya, buku linguistik setebal hampir 500 halaman bertumpuk dua di tangan kirinya, dan tangan kanannya menenteng totebag cokelat yang entah berisi apa)
(Dhika, laki-laki berperawakan cungkring duduk di sudut cafe, dengan tangan kiri mengapit sebatang rokok yang hampir habis. Matanya menatap dalam diam kaca jendela yang menampakkan kondisi di luar cafe, perlahan ditiup ujung rokoknya yang menyala kemudian di letakan pada asbak. Senyum sedikit terhias di wajahnya saat melihat gadis yang ditunggunya sedari tadi sudah berdiri bingung di ambang pintu mencari keberadaannya)
Dhika: Kisa! (memanggil dengan mengacungkan satu tangannya ke atas)
(Kisa sibuk mencari, sampai akhirnya pandangannya bertabrakan pada Dhika. Kisa datang menghampirinya dan tersenyum kaku mengucap sapaan)
Kisa: Kak Dhika? Udah nunggu lama ya? maaf tadi Pak Darsono panggil aku sebentar soalnya (canggung)
Dhika: Haha, gapapa, santai aja.Oh iya, kamu sudah makan?(tertawa ringan)
Kisa: Aku nggak bisa lama-lama disini kak, satu jam lagi aku harus selesaiin tugas dari Pak Darsono (tatapan tak enak)
Dhika: Oke, baiklah. Jadi begini Kisa, aku mau bahas tentang teman kamu, Lian.(mata lurus menghadap Kisa)
Kisa: Lian? (mata Kisa menatap pria itu lurus) Ada apa lagi dengan Lian?
Tempat: Café Gemintang
(Mendengar nama Lian disebut, Kisa tersenyum samar)
Dhika: Kisa, bagaimana menurutmu? Kita tidak bisa membiarkan dia melakukan hal semacam itu lebih jauh lagi. Kamu tahu, ini mungkin memang terdengar konyol. Tapi kita tidak punya banyak waktu lagi sebelum ia bertindak lebih jauh lagi.
Kisa: Apa ini akan baik-baik saja, kak? Dia bukan sembarang orang yang dengan mudah bisa kita sudutkan (nada goyah)
Dhika: Tenang, Kisa. Kamu akan baik-baik saja, keluargamu pun juga. Aku bisa pastikan itu, percayalah
Dhika: Ini demi kebaikannya juga, Kisa" Tambah Dhika berusaha meyakinkanku.
Kisa: Baiklah, akan kubantu kakak dengan syarat tidak ada apa-apa terhadapku dan keluargaku.
(mendengar ucapan Kisa, senyum Dhika merekah)
Tempat: Kamar kos Lian
(Kisa termenung di dalam kamar kos Lian)
Kisa: Jika harus jujur dan membuka semuanya, itu tidak mungkin terjadi. Karena bagaimana pun Kak Dhika adalah asing yang kebetulan mengetahui segala puing-puing cerita yang pernah aku ukir bersama Lian, tapi masalahnya adalah...Bisakah aku percaya padanya?
(Menghembuskan napas kasar, Kisa mengamati setiap pernik yang memberi kesan apik pada kamar Lian. Menunggu sang empu yang masih asik dengan suara gemericik air dari dalam kamar mandinya. Dengan cekatan Kisa mengeluarkan cairan kental berwarna merah yang sudah terbungkus plastik dengan warna senada dari dalam kantong hitam tebal, menumpahkan segala isinya pada gelas antik yang berdiri kokoh pada meja samping tempat tidur milik Lian)
(Usai melakukan itu semua, Kisa kembali memasukkan pembungkus cairan itu pada kantong hitam. Mendudukan diri di pinggiran kasur dengan wajah menunduk dan kembali membuang napas kasar)
(Derit gesekan antara engsel pintu terdengar bersamaan dengan kaki Lian yang menapak pada keset depan kamar mandi. Kisa mendongak untuk mendapati Lian yang tengah tersenyum dengan tangan sibuk mengoperasikan ponsel pintarnya)
Lian: Baru sampai? Tumben, habis dari mana?
(Kisa tersenyum kecil dengan tangan menyodorkan gelas berisi cairan pekat tadi, disambut Lian dengan langsung menyesapnya)
Lian: Mampir ke warung dulu?
(Kisa mengeryit heran)
Lian: Bau rokok, Sa
(Menghela napas pelan, Kisa menatapnya lekat. Menganggukkan kepala sekilas sebagai balasan)
(Setelahnya, hening menyapa. Hanya ada Kisa yang terdiam dan Lian yang masih terlalu asik dalam dunianya. Mata Kisa tak pernah lepas memperhatikan bagaimana tenggorokan Lian menelan cairan pekat itu dengan khidmat. Mengabaikan semua yang ada disekitarnya dalam sesaat, sebelum meletakkan gelas tersebut dan menatap Kisa tepat pada mata.
Lian: Kisa, mau aku antar menemui semua anggota keluargamu? (tersenyum)
Breaking News
Telah terjadi tabrakan di daerah sekitar Taman Atmasari yang terbengkalai. Dua mobil menjadi korban dalam peristiwa naas tersebut. Ditemukan 1 korban tewas dan 2 korban lainnya mengalami luka-luka (...)
SKRIP 9
See Saw
Tempat : Café
( Dhika duduk di salah satu kursi yang tersedia dalam café, sedikit terkejut ketika notifikasi pesannya masuk dan menunjukkan nama Kisa disana. Tersenyum kecil seraya menghembuskan rokok )
Dhika : Tunggu, jangan salah paham dulu. Aku tidak berniat mengencani Kisa, tentu saja. Kami hanya akan membahas seseorang yang mungkin adalah kunci dari semua misteri selama ini.
Bicara tentang Lian, aku benar-benar kagum dengan sosoknya. Bagaimana bisa dia melakukan semua kejadian-kejadian mematikan seperti itu dengan bersih? Maksudku, Sepandai-pandai tupai melompat, ia akan jatuh juga kan?
Aku masih ingat pertama kali melihat Lian di event Halloween beberapa minggu lalu. Kesan pertamanya sungguh ramah dan ceria. Ia mudah berbaur dengan lingkungan baru dan sedikit... Aneh?
Oke, jangan sudutkan aku dulu. Aku punya alasan tersendiri mengapa menyebut gadis sebaik Lian dengan sebutan aneh. Pertama, kejadian di lift saat malam Halloween petang itu. Sejujurnya, di awal aku menganggapnya itu hal biasa saja. Yah, sebut saja kesalahan teknis, karena mungkin ia terlalu gugup berada lama di lantai atas sana dan ingin sesegera mungkin turun, jadilah ia terburu-buru memencet tombol yang salah. Tapi, setelah di pikir-pikir sikapnya lebih dari sekadar tenang waktu di dalam lift. Ia bersikap seolah malam yang dingin itu bukan apa-apa baginya, dan dengan nyali di atas ubun-ubun miliknya itu, dipencetnya lah angka empat pada tombol yang tertera di lift.
Oke, kalian mungkin mulai bertanya, bagaimana aku bisa tahu Lian memencet angka empat? Sedang ia sendiri sudah berdalih tidak melakukannya, dan hasil rekam cctv yang ku tunjukkan juga tidak menampakkan dengan jelas angka mana yang Lian pencet? Posisi tubuhnya yang seolah-olah memblokade sorot pandang kamera cctv membuktikan semua. Jika pada kebanyakan orang akan menekan tombol dari tempat dimana ia terakhir berpijak maka lain lagi dengan lian. Seolah memblokade celah rekam cctv, ia mengepung tombol lift tersebut dan memencetnya acak. Jika kamu akan memakan waktu sekitar 1 detik untuk memencet tombol, maka Lian membutuhkan waktu sedikit lebih lama. Aneh bukan?
( menyeruput santai kopi lalu menatap jalanan dan mendecak kesal )
Kalau dipikir-pikir ternyata menunggu itu tidak enak ya.
Tempat : Cafe
( Dhika menghelah nafas sambil menatap arloji )
Dhika : dimana sebenarnya Kisa
[sfx : bel pintu cafe]
( Dhika mendongak dan mendapati Kisa berdiri )
Dhika : Kisa!" ( memekik )
( Kisa berjalan mendekat. Dengan tangan penuh dengan barang ia duduk di depan Dhika. Dhika tersenyum pada Kisa yang hanya dibalas anggukan sekilas )
Kisa : Kak Dhika? Udah nunggu lama ya? maaf tadi Pak Darsono panggil aku sebentar soalnya
Dhika : Haha, gapapa, santai aja. Oh iya, kamu sudah makan? ( santai sambil menyeruput lagi sisa kopi yang sedikit lagi kandas )
Kisa : Aku nggak bisa lama-lama disini kak, satu jam lagi aku harus selesaiin tugas dari Pak Darsono
Dhika : Oke, baiklah. Jadi begini Kisa, aku mau bahas tentang teman kamu, Lian
( menatap Kisa )
Kisa : Lian?
(Dhika sedikit mengeryit sebentar lalu tersenyum geli setelahnya. )
Dhika : Kamu pasti sudah tahu, Kisa. Jangan berkelit, aku sudah tahu semuanya. Baiklah, tentang Lian, aku membenarkan apa yang kakak asumsikan selama ini, jika itu berkaitan dengan kejadian di lift saat Halloween.
Bukan, bukan, bukan hanya kejadian lift. Tapi juga kematian panitia Halloween, dan juga.. kematian temanmu sendiri, Milly
( raut Kisa menjadi sedikit tidak nyaman )
Baiklah, kita anggap saja itu semua saling berhubungan, dan kamu kebetulan tahu semuanya. Tapi Kisa, tidakkah kamu berpikir atas dasar apa Lian melakukan semua ini?
( Kisa tidak menjawab. )
Kisa, apa kebetulan.. kamu kaki tangan Lian selama ini?
Kisa : Kak, kalau nggak ada yang lebih penting untuk diomongin lagi, lebih baik aku pergi deh ( mendorong kursi dan bersiap untuk pergi )
Dhika : Kisa, apa kamu bahagia berteman dengan Lian? Apa kamu tidak ingin memiliki teman lebih banyak dari hanya seorang Lian? Apa kamu tidak ingin mengenal lebih banyak orang? Apa kamu tidak ingin berteman dengan orang yang benar-benar menganggapmu adalah teman mereka? Sampai kapan, Sa? Sampai kapan?
Kisa : Cukup kak! Cukup! ( sedikit berteriak ) Katakan padaku, apa yang ingin kakak ketahui?
( Dhika tersenyum penuh kemenangan. )
Dhika : Lian. Apa sebenarnya yang tengah ia inginkan?
Dhika : Mengobrol dengan gadis dingin seperti Kisa memang tidak menarik urat sedikit pun tapi-oh ayolah siapapun butuh hiburan ditengah argumen kecil.
Kini aku tahu apa yang sedang Lian lakukan setelah mendengar cerita singkat dari Kisa beberapa menit yang lalu. Tentang Lian yang terobsesi akan kecantikan, kemudian ia buta akan obsesi itu, membunuh panitia sebagai tumbalnya, menutupi segala kebusukannya, dan yang terakhir.. membunuh salah satu teman dekatnya. Benar-benar gadis luar biasa.
Kisa : Baiklah, akan kubantu kakak dengan syarat tidak ada apa-apa terhadapku dan keluargaku
( Kisa menatap Dhika lurus dimata. Dan Dhika mengangguk lalu melanjutkan kegiatan merokoknya )
Kisa : Malam ini aku akan ke rumah Lian. Memberikannya jus merah yang ia inginkan. Kakak bisa-'
Dhika : Bisa, tenang, chat aja nanti
(Kisa bangkit dari duduknya, membereskan barang bawaan yang berserakan disekitar kaki lalu melenggang pergi. Bisa terlihat dengan jelas raut wajah Kisa tidak suka saat Dhika memotong perkataanya, )
Tempat : Depan rumah Lian
( Dhika dengan jaket kulit, arloji ditangan kanan, rokok di sela jari duduk di atas montor GL-Proo warna hitam dibawah pohon. Saat mobil keluar dari pagar rumah Lian bebarengan dengan pesan Kisa agar ia membututinya. Ares pun melajukan montornya sangat pelan dibelakang mobil dengan terus menggerutu. Dahi Dhika mengeryit saat mobil itu belok pada jalanan yang sepi dengan laju mendadak sangat cepat dan membuatnya terlihat tertinggal dibelakang. )
Dhika : ( menggerutu sambil memandang heran mobil didepannya )
Apa mereka sedang mencari jalan pintas? Apa aku ketahuan?
( Dhika terkejut saat terdengar dentuman keras dari arah jalan yang dipilih mobil dengan Kisa di dalamnya. Saat Dhika berhasil membelokkan motor dengan laju cepat–sedikit menukik memang–dan mobilio didepanku telah bertabrakan dengan mobil lain, dengan kursi penumpang bagian depan–tempat dimana Kisa berada–menghantam kursi penumpang mobil lain.)
Satu nyawa lagi.
SKRIP 10
BLOOD WILL OUT
Tempat : Tempat Kisa kecelakaan
( Dhika tercengang dengan apa yang dia liat. Dhika masih duduk di atas motor dan melihat mobil Lian dengan asap mengepul. )
Dhika : Maaf Kisa, maaf, Maaf untuk tidak menepati janjiku
Kisa : Kak, kalau nanti aku nggak bisa diselamatkan, gapapa kok. Mungkin emang sudah waktunya buat aku pergi dari dunia ini. Tapi, jangan berhenti ya kak. Tolong buat Lian sadar kalau perbuatannya selama ini salah. Oh ya, tolong kasih ini ke Lian kalau nanti emang aku benar-benar nggak ada ya kak ( hanya suara )
( Dhika menghelah nafas, memutar balik montornya )
Dhika : Kampus
Tempat : Kampus
Hana : Lian?
( Hana berlari kearah Lian, dengan menangis dan mengguncang pundak Lian. Wajah teman yang lainnya terlihat shock dan bingung )
Tara : Lian, bagaimana bisa Kisa bisa meninggal?" ( mata berkaca-kaca )
( Semuanya terdiam, menanti penjelasan Lian )
Lian : Bagaimana ini? Aku terlalu takut mengatakan fakta Kisa memang meninggal saat bersamaku.
( menghelah nafas, ekspresi sedih dan terluka )
Lian : Aku tadi mau ngajak Kisa ke rumahnya, mau jenguk ayah sama yoga, adiknya. Awalnya kita excited banget karena emang udah lama Kisa nggak ketemu ayah dan adiknya. Tapi- ( memotong ucapnnya sendiri, dengan air mata berlinang) Ada mobil hitam dengan kecepatan penuh melaju cepat dari arah berlawanan. Mobil itu menghantam kami, dan naasnya, jok tempat duduk Kisa remuk karena tabrakan itu. Kisa tidak sempat aku selamatkan disaat harusnya aku bisa menyelamatkan dia.
Dara : Tapi, bagaimana bisa hanya jok Kisa yang hancur?"
( Lian tercekat ditengah tanggisnya. Menghelah nafas kasar serta menghapus air matanya )
Lian : Aku tidak tahu, Dara. Semuanya terjadi begitu cepat
Dara : Aku ingin tahu kebenarannya, Lian. Aku juga sudah bertahun-tahun berteman dengan Kisa! Bagaimana bisa Kisa pergi meninggalkan kita begitu saja? Bagaimana? Pasti ada sesuatu yang salah ( meraung di tengah tanggisnya )
Lian : Baiklah, akan kujelaskan padamu Dara. Tapi nanti, tidak sekarang, tidak di keramaian. Aku butuh ruang yang hanya ada kita berdua
( Dara dan Lian pulang keumah Dara )
Dara : Jadi?" ( Menatap Lian tepat dimata )
Lian : Kisa memang meninggal, jok tempat duduknya benar-benar hancur dan aku tidak bisa membantunya
Dara : Begitu saja? ( Dengan nada curiga dan menatap Lian semakin tajam ) Aku tidak percaya Kisa bisa meninggal dengan sesederhana itu, terlebih itu saat bersamamu, Lian ( Tersenyum sinis dengan maenatap Lian nyalang )
Lian : What the.. Ada apa dengan gadis ini?
Tempat : Parkiran, Lift kampus
( Dhika berada didalam lift dan menekan angka 4 pada lifty sebanyak 8 kali dan tersenyum puas saat lift malah membawanya kembali ke lantai 1. Keluar dari lift, berlari dan segera mengendarai montor yang ia parker asal menuju rumah Dara)
Dhika : Oke Lian, bersiaplah untuk menerima kejutan dariku!
Tempat : Rumah Dara
( Lian merasa tubuhnya sakit dan pening. Tiba-tiba pandangannya buram serta siluet wanita yang ia liat di lantai 5 terlihat kembali. Wanita itu tersenyum padanya dan semakin membuat Lian kesakitan )
Dhika : Lian ( berdiri dengan nafas terengah )
( Lian semakin merasa kesakitan dan jatuh terduduk, menunduk )
Dhika : Portalnya sudah kututup, Lian. Sudah waktunya bagimu untuk berhenti. ( terengah, mengeluarkan buku catatan kelam Lian ) Aku tahu semuanya, Kisa sudah memberitahuku hingga ke akar-akarnya. Lian, tidak baik menjadi tama' seperti itu. Cantik itu apa adanya, kamu tidak perlu melakukan hal semacam itu agar kamu menjadi cantik ( menghelah nafas kasar. Mendekati Lian ( jongkok / duduk / apapun itu) ) Untuk menjadi cantik, jadilah dirimu sendiri. Jadilah Lian yang apa adanya. Bersikaplah layaknya Lian tanpa kepalsuan, tersenyumlah tanpa beban, jangan menjadi semenyedihkan ini
( Lian tersenyum miris dan menatap Dhika tak suka )
Lian Dia berjanji untuk tidak membunuhku. Dan dia mengirimu untuk membunuhku, sampah
Dhika : Tahan emosimu Lian! Kisa, temanmu, memintaku memberikan ini untukmu
( Dhika mengeluarkan sebuah selembar kertas berwarna merah mudah penuh akan tulisan Kisa. Lian menangis dalam diam, dan terus mendesis mersakan tubuhnya remuk perlahan )
Dhika : Biar aku bacakan, aku tahu kamu tidak sanggup melakukan apa-apa lagi
Kisa : Untuk temanku, Lian
Terima kasih sudah menjadi teman hidup seorang Alkisah selama hampir tujuh tahun. Sungguh, aku benar-benar berterima kasih kepadamu karena telah membiarkan gadis tidak punya apa-apa sepertiku menjadi salah satu teman dekatmu.
Kisa, teman adalah teman. Kamu sudah kuanggap seperti saudaraku tapi memang keadaan tidak pernah berpihak baik pada kita. Yang aku lakukan untukmu itu salah, seharusnya dari awal aku menghentikanmu Lian. Maaf, karena aku harus menghentikanmu saat sudah terlalu terlambat. Mari bergabung denganku, aku tau tidak ada orang lain yang akan menganggapmu ada lagi selain aku.
Belajarlah melihat hal-hal sederhana di sekitarmu. Ada begitu banyak kebahagiaan yang bisa kamu dapatkan selain dengan cara salah seperti sekarang ini. Tapi tak apa, toh kamu juga menjadi sadar, bahwa yang lakukan selama ini salah.
Bergabunglah denganku, Lian. Akan sangat menyedihkan jika kamu tetap hidup dan sengsara di dunia ini.
Datanglah, akan kusambut kau dengan pelukan hangat disini
Kisa ( Hanya suara )
( Selesai mendengar surat Kisa yang Dhika bacakan, Lian terpejam erat. Badannya terbujur kaku dengan tangan terkepal tepat di atas dadanya. Tidak ada senyum di raut wajahnya, hanya ada air mata yang mengering di pelupuk kedua matanya. Dara yang mengintip dari balik pintu mengis menjerit. Dhika meneteskan air mata )
SKRIP TERAKHIR
EPILOG : THE THEORY
Author : Selamat malam. Dan selamat, karena kamu semua telah menguras imajinasi untuk membaca 1 dari jutaan buku yang telah kami tulis dan ungkap pada detik ini.
Ah, apa kamu sudah paham dengan apa yang telah kami suguhkan di atas? Paham akan apa yang telah terjadi ataukah kalian merasa sedikit ada yang mengganjal? Jika kalian merasa begitu, maka halaman ini akan menceritakan apa saja yang telah terjadi pada mereka tanpa ditutup-tutupi lagi.
Ditutup-tutupi?
Yah, kami telah banyak menutupi fakta menarik yang sangat tidak baik jika kalian lewatkan begitu saja. Tidakkah kalian merasa penasaran tentang siapa itu Lian? Tentang bagaimana Ares bisa mengerti itu semua? Kisa yang rela melakukan hal kotor? Dhika yang tiba-tiba saja muncul? Gia yang menghilang dan Milly yang meninggal?
Tidakkah pertanyaan itu yang menghantui kalian selama ini? Hahahaaaa, maaf tapi itu sungguh menyenangkan. Membuat kalian bertanya-tanya tentang dunia macam apa yang telah kami suguhkan pada kalian kali ini. Baiklah, mari aku -sang dewa pada dunia ini menjelaskan semuanya secara gamblang dan jelas.
Tapi ingat 1 hal, jangan menyangkal apapun yang aku informasikan, karena ini adalah rahasia duniaku.
Cerita ini terinspirasi dari Elizabeth Báthory dan angka 4 yang merupakan angka kematian.
Elizabeth Báthory, adalah countess Hungaria dari keluarga Báthory. Keluarga ini diingat untuk pertahanan melawan Utsmaniyah. Ia terkenal sebagai pembunuh berantai dalam sejarah Hungaria dan Slowakia dan diingat sebagai Wanita Berdarah Csejte.
....
Lian mempercayai apa yang dilakukan oleh Elizabeth Bathory benar adanya. Berkat penelitian pada saat kelas English Culture dan ia malah menemukan nama Elizabeth pada salah satu situs, mencari dan mendalaminya, hingga mencari segala informasi dalam dark web, dan menemukan banyak Elizabeth Bathory lain di dalam sana. Mengemukakan apa yang ia yakini itu benar adanya.
Lian memulai semua itu sejak lama, sejak SMA dimana ia mendapatkan tugas dengan korban pertama adalah teman sekelasnya sendiri.
( cuplikan saat Lian menemukan artikel dalam dark web )
....
Pembunuhan yang terjadi di hari setelah event Halloween bukanlah kebetulan belaka, Hal itu jelas telah disusun rapi oleh Lian dan tangan kanannya, Kisa. Memberi aba-aba pada gadis bernama Kisa untuk membunuh dan mendapatkan darah si korban yang sedang berjaga di kamar mandi sedang ia sendiri -Lian-membuka portal perjanjian pada iblis, lagi.
( cuplikan saat Kisa membunuh )
Kenapa korban tidak di temukan pada saat malam helloween padahal Kisa membunuh korban di tempat? Karena iblis telah membantu setiap hal yang mereka lakukan.
( cuplikan saat Lian bersetatap dengan sosok di kamar mandi dan tersenyum samar )
Begitu juga Milly, korban kedua Lian setelah panitia, dengan bantuan iblis pula yang menutupi segala hal dan kemungkinan buruk untuk ketahuan.
( cuplikan saat Kisa membunuh Milly dengan sosok yang mengawasinya di sudut kamar )
....
Kisa? Bagaimana bisa dia menjadi kaki tangan seorang Lian?
Tau friend with benefit? Yah begitulah mereka. Simbiosis mutualisme yang sangat ketara di antara Lian yang mengancam Kisa dengan hidup seluruh anggota keluarganya yang berada ditangan Lian, bagaimana bisa? Oh ayolah. Ayah Lian seoarang pengusaha kaya raya dengan Ayah Kisa sebagai karyawan biasa disana. Ibunya sakit-sakitan dan masih ada 2 adiknya yang terlalu kecil untuk mengenal kata upah dan mereka semua ditanggung Lian asalkan Kisa mau menuruti semua yang ia perlukan, termasuk membunuh korbannya. Singkatnya, Lian mengancam akan memecat Ayah Kisa serta membunuh seluruh anggota keluarganya begitu saja. Caranya? Tanyakan pada otak iblis Lian.
....
( cuplikan saat pertama kali Kisa dan Lian bertemu. )
Gia?
Gia stress, ia memutuskan untuk vakum kuliah agar tidak semakin tertekan akan kematian Milly yang jelas bukan ia pelakunya. Tapi rasa bersalah menggerogoti setiap detik jantungnya berdetak. Memaksa otaknya untuk menyalahkan diri sendiri hingga tak terkira, membuat trauma tersendiri akan universitas dan manusia.
( cuplikan Gia yang berada di RSJ khusus dengan tatapan kosong )
...
Mengapa Ares bisa tau semuanya? Dan Dhika muncul tiba-tiba?
Dhika adalah Ares, dan Ares adalah Dhika.
Semua cerita yang ada, dari chapter 1-8 hanyalah delusi yang dibuat Lian agar terlihat dialah korban pada kasusnya sendiri. Menyalahkan Dhika sebagai saksi kunci dan membuat peran lain bernama Ares yang hanyalah khayalan kosong belaka, Ares tidak nyata. Kalian harus paham itu.
( cuplikan kemiripan Ares dan Dhika )
Mengapa yang lain bisa melihat Ares? Tak sadarkah kalian bahwa selama ini hanya membaca setiap cerita dari sudut pandang seorang Lian saja?
( cuplikan saat Lian, Kisa bercengkrama )
Lalu mengapa ada chapter seolah Gia mengobrol dan tertekan oleh Ares? Ares adalah ilusi, bukan Ares yang memaki Gia. Melainkan Gia sendirilah yang memaki dirinya. Mengasumsikan segala kesalahan hanya padanya, menghakimi dirinya sendiri dan gila sediri.
( cuplikan saat Gia hanay mengobrol sendirian )
Jadi, Ares itu? Salah satu bentuk ilusi semata.
...
Bagaimana Dhika bisa mengetahui semuanya?
Argumen Dhika soal Lian yang memencet tombol 4 sebanyak 4 kali pada lift itu benar adanya. Lian melakukan dan Dhika melihatnya, menyampaikan aspirasinya namun ditolak mentah-mentah oleh Lian. Dan sekali lagi Lian menang, karena iblis berpihak padanya.
( cuplikan saat Dhika berada di pos panitia di lantain 4 dan menatap Lian keluar dari sana )
Dan mengapa Dhika bisa berasumsi sedetail itu akan Lian? Awalnya ia hanya menebak hingga ia mendapatkan jawaban pasti dari mulut Kisa, mendapatkan alasan mengapa dan bagaimana bisa Lian melakukan itu dan bagaimana mengatasinya.
Pada chapter terakhir alasan mengapa Dhika bisa mengetahui Dara adalah korban selanjutnya adalah karena Kisa. Gadis itu menjelaskan detail apa saja yang akan ia lakukan bersama Lian, apa saja terkait Lian, korban, serta ritual anehnya. Dan Dhika sadar, ia bisa mengakhirinya sendiri. Semua itu tertera pada buku Lian yang Kisa bawa saat bertemu Dhika, alasannya? Kisa hanya ingin mengembalikan buku tersebut pada pemiliknya, Lian.
( cuplikan di café saat Kisa memberi buku pada Dhika )
Tentang Lian yang bisa tau Kisa bersama Dhika itu dari ponsel Kisa yang ia sadap. Keren bukan?
Lian busuk? Oh tentu saja!
Aku rasa penjelasan ini lebih dari cukup. Karena rahasia negaraku tidak bisa aku beri kepada kalian secara percuma.
Sampai disini
Adakah lagi pertanyaan yang membuat ubun-ubun kalian terbakar?
Why Are Blackjack Table Games Different From Other Tables?
BalasHapusBlackjack table 룰렛사이트 games are also commonly played 에이스 포커 during 피망 포커 tournaments, 토토 사이트 홍보 which allow participants to get 울산 대딸 the best possible chance to win money. So, when you play blackjack